Kabar anna dan gilang yang bertengkar sampai ke telinga kedua orangtuanya gilang, anna tahu siapa yang memberitahu mereka berdua sedang bertengkar. Gilang. Ya, pasti pria itu mengadu pada mamah nya.
Anna menatap gilang yang sibuk dengan laptopnya, sebisa mungkin anna tidak terlihat kesal saat menatap gilang. Tidak lupa juga suara Anna yang harus terdengar lembut di kuping gilang.
Sudah dua jam anna menunggu gilang selesai kerja, tapi sayangnya gilang belum juga selesai kerja. Sebenarnya anna tahu gilang tidak sedang sibuk pria itu hanya pura-pura sibuk.
"Ehem." Anna menarik kursi ke samping gilang. duduk menatap setengah wajah gilang. "Sibuk ya?." Tanya anna lembut.
Anna menatap layar laptop gilang yang menyala, menatap wajah dingin dan datar Gilang lewat kaca laptop. Anna tahu gilang menatap wajahnya lewat kaca laptop. "Aku ngaku salah ko aku kesini mau minta maaf sama kamu soal kemarin, tapi aku enggak ada maksud buat nyakitin perasaan kamu ko. Aku menghargai perasaan kamu sebagai tunangan aku, dan orang yang aku c-cintai juga. Aku cuma ingin mengejar cita-cita aku sebagai dokter, cita-cita aku dari SMA sampai kuliah." Anna menahan tangan gilang untuk berhenti mengetik.
Gilang diam beberapa detik menatap tangan anna. "Lepas." Gilang menepis tangan anna.
Anna tersenyum tipis untuk menutupi kesalnya. "Kamu pengen cepat-cepat nikah sama aku karena kamu takut aku ninggalin kamu kan?, aku tidak akan ninggalin kamu-----"
Gilang menoleh menatap anna masih dengan tatapan dinginnya. "Kamu minta maaf san nyesel gini karena suruhan mamah kan?, mamah yang nyuruh kamu minta maaf sama saya kan?." Tanya gilang.
Anna menatap wajah gilang. "Dan kamu yang mengadu sama tante sea soal pertengkaran kita."
Gilang membuang muka ke sembarang arah. "T-tidak, si-----"
"Tante sea tidak akan tau kita bertengkar kalau kamu enggak kasih tau." Potong anna, sebisa mungkin ia tidak tersulut emosi.
Gilang menoleh menatap anna wajahnya berubah kesal. "Ya. Saya yang kasih tau mamah, puas kamu?."
Anna meraup wajahnya kasar. "Lupain soal perdebatan kita, aku yang salah. Sekarang kamu makan siang aku tau kamu belum makan dari kemarin." Anna mengambil paper bag mengeluarkan kotak bekal yang tadi ia buat.
"Saya tidak lapar." Tolak gilang.
Anna menghela napas berat. "Sudahlah jangan bertingkah seperti anak kecil, aku capek bujuk kamu, belum lagi papah kamu nyalahin aku kalau kamu sakit gara-gara kamu enggak mau makan. Dan penyebabnya perdebatan kita." Kesal anna.
Gilang menatap anna matanya berkaca-kaca. "Ko kamu marah-marah sih?, kalau kamu kesini hanya kamu ingin marah-marah lebih baik kamu pergi."
Anna menaruh kotak makan ke meja kerja gilang kasar. "Jangan nangis gini, astaga!. Di luar sangar didalam lembek." Anna mengacak-acak rambutnya kesal. "Umur doang tua, tapi masih suka nangis." Batin anna.
"Aku makan nih, kamu jangan marah-marah." Gilang mengambil bekal yang tadi melahapnya, menatap lekat wajah anna.
"Bagus, habisin." Ucap anna tersenyum tipis.
***
Anna masuk kantin bersama kedua temannya, sungguh hari ini ia sangat capek. Membujuk gilang yang marah, tugas yang menumpuk. Dan masih banyak lagi. Rasanya ia ingin melepas kepalanya.
"Gue aja yang pesan." Ucap novi teman sebangku anna.
"Mie ayam, sama es teh." Ucap anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gilang is a possessive CEO
JugendliteraturCEO pria yang sangat bucin, cemburuan terhadap kekasihnya yang masih kuliah semester terakhir. Anna yang harus menghadapi sikap kekasihnya yang sangat cemburuan dan posesif, ia harus bersabar demi ketenangannya batinnya. Disaat anna mencintai kekasi...