10. Rangga.

664 25 1
                                    

Rangga menatap denis yang juga menatapnya, sudah lama mereka tidak bertemu bahkan berkomunikasi saja tidak. Semenjak rangga masih sekolah, dan denis kuliah. Mereka memang sangat dekat, walaupun umur mereka cukup terbilang jauh.

"Gimana kabarnya anna?." Tanya denis.

Rangga terkekeh hambar. "Masih nanya kabar dia?, masih ingat sama anna?." Tanya balik rangga.

Denis menunduk menusuk-nusuk makanan yang ia pesan menggunakan garpu. "Selama empat tahun gue terus ingat dia, gue cinta sama dia, mana mungkin gue lupain dia gitu aja." Jawab denis.

Brak.

Rangga mengebrak meja menatap marah denis. "Kalau lo cinta sama dia kenapa lo tinggalin dia?, lo tahun sendiri kan kalau anna cinta banget dama lo." Marah rangga.

Denis mengangguk pelan. "Gue pergi bukan karena gue enggak cinta sama dia, gue pergi buat nerusin kuliah gue."

"Lo bisa kuliah di Jakarta, ada banyak kampus yang bagus untuk lo."

"Gue tahu itu, tapi. Gue pergi dari kota kelahiran gue bukan hanya untuk kuliah aja. Gue juga mau buktiin kalau gue bisa tanpa pria sialan itu." Ucap denis.

Rangga menarik kerah baju denis. "Lo tahu, gara-gara lo. Sahabat gue hidupnya begitu hancur, dia benar-benar kehilangan akalnya, dia kuliah jurusan dokter buat LO. SUPAYA DIA BISA BUAT LO BAHAGIA KARENA DIA JUGA JADI DOKTER, DIA PERNAH BILANG SAMA GUE. KALAU MISALKAN LO GAGAL JADI DOKTER, KARENA. LO SIBUK KERJA BUAT IBU LO. SETIDAKNYA DIA BISA GANTIKAN CITA-CITA LO SEBAGAI DOKTER. DIA RELA MENGUBUR CITA-CITANYA UNTUK MENJADI CEO MUDA HANYA DEMI MENJADI DOKTER. IRU SEMUA DIA LAKUKAN UNTUK LO." Marah rangga.

Denis tertegun mendengar ucapan rangga. "A-anna k-kuliah kedokteran?." Tanya denis kaget.

Rangga melepaskan cengkeramannya ia kembali duduk, mengontrol emosi. "Ya, dia satu kelas sama gue." Jawab rangga, lebih tenang.

"Tolong pertemukan gue sama dia, gue mohon." Denis menatap rangga dengan tatapan memohon.

"Gue enggak bisa." Tolak rangga mentah-mentah.

"Kenapa?, gue mohon rangga. Gue mau ketemu anna." Mohon denis.

"Kenapa enggak lo ketemu langsung aja?"

"Gue belum siap, gue mohon bantu gue." Mohon denis.

"Dia udah tunangan." Ucap rangga menatap wajah terkejut denis.

DEG

Bagaikan petir disiang bolong, tubuh denis rasanya lemas mendengar ucapan rangga. "T-tunangan?." Cicit denis.

"Ya, dia udah tunangan sama cowok yang begitu obsesi sama anna." Jawab rangga.

Denis meraup wajahnya kasar. "Tolong bantu gue rangga, gue mau ketemu anna." Mata denis memerah menandakan ia sedang menahan air matanya.

Rangga yang kasihan ia mengangguk pelan. "Ya, tapi gue enggak janji." Setelah mengatakan itu rangga langsung pergi dari sana.

"A-anna gue kangen." Lirih denis.

***

Anna menatap ketiga temannya termasuk rangga yang sedang adu mulut, mereka sangat sering adu mulut seperti ini.

"Bodoamat, gue kaga peduli." Teriak ovi dan novi.

Rangga terkekeh ia menatap anna. "Temenin gue, yuk." Pinta rangga.

"Kemana?." Tanya anna, sambil melahap siomay yang tadi ia beli.

"Nyokap gue ulang tahun, gue mau beli kado buat dia. Tapi gue enggak tahu mau beli apa." Jawab rangga.

Gilang is a possessive CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang