11. Overthinking gilang.

573 21 2
                                    

Gilang marah besar ia tidak suka alina makan bersama pria lain, walaupun itu sahabat masa kecilnya juga. Menurutnya tidak ada antara perempuan dan laki-laki bersahabat, pasti diantara mereka berdua memiliki perasaan lebih.

Anna hanya diam ia tidak mau menyahut ucapan gilang, yang hanya membuang waktu dan tenaganya juga terbuang sia-sia.

"Dengar enggak ucapan saya tadi?." Tanya gilang kesal.

"Dengar, kak." Jawab anna malas.

Gilang mendorong tubuh anna ke sofa, menatap lekat wajah anna. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum miring. "Sepertinya saya membutuhkan tenaga." Ucap gilang, langsung mencium bibir anna lembut.

Anna melotot sempurna ia berusaha melepaskan ciuman gilang, yang malah semakin menjadi-jadi. Anna menatap mata gilang yang juga menatapnya dengan tatapan lembut.

"K-kak s-stop." Anna menahan tangan gilang yang mengelus dadanya.

Gilang melepaskan ciumannya, menatap anna penuh gairah. "Sebentar aja, ya." Lirih gilang, dengan tatapan memohon.

"Apa?." Tanya anna.

Gilang menutup pintu kamarnya ia kembali menindih tubuh anna di sofa panjang. "Saya enggak akan lebih, janji." Ucap gilang langsung membopong tubuh anna ke kasur.

"Kak----"

Gilang kembali mencium bibir anna lembut, tangannya tidak tinggal diam. Ia mengelus punggung anna, melepaskan bra anna. Tatapan terus menatap wajah anna.

Anna mulai kehilangan kesadarannya ia mengalungkan tangannya di leher gilang, suara desahan yang sangat merdu mulai keluar di bibir mereka berdua. Ditambah hujan deras turun membuat suasana semakin indah.

Gilang menatap setengah tubuh anna, sekarang ini ayna hanya tertutup bra. "Ingetin gue kalau gue khilaf." Bisik gilang kembali mencium dada ayna.

Anna setengah sadar, di satu ia ingin menolak, disisi lain ia juga menikmatinya. "K-kak----"

"Gue masih sadar." Potong gilang. Tangannya mengambil ponselnya menyalakan kamera ke arah mereka, tentunya tanpa sepengetahuan anna. Setelah mendapatkan apa yang ia mau, gilang kembali menyembunyikan ponselnya.

Anna menatap gilang yang hendak pencium buah dadanya. "Jangan." Anna mendorong tubuh gilang sekuat tenaga. Anna langsung mengencingi bajunya dengan cepat. "Aku tidak mau terlalu lebih." Ucap anna.

Gilang mengusap ujung bibirnya, mengangguk pelan. "Tidak masalah, yang penting gue udah dapat banyak video." Batin gilang. "Nginep ya malam ini."

"Enggak, besok ada kelas pagi." Tolak anna.

Gilang tersenyum miring. "Besok hari minggu libur kuliah, kamu enggak bisa bohong sayang." Bisik gilang.

Anna mengaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hehe, lupa." Kekeh anna takut.

"Semoga sering lupa." Sinis gilang.

***

Anna menatap kedua orangtuanya gilang yang sedang mengobrol menggunakan bahasa jepang, sungguh anna tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.

Gilang merangkul anna. "Mau tidur di kamar saya, atau dikamar----"

"Pisah lah, aku mau tidur pisah. Kita belum menikah tidak pantas satu kamar." Potong anna.

Gilang terkekeh kecil. "Makannya itu kita men-----"

"Udah deh kak jangan bahas menikah lagi, nanti ujung-ujungnya kakak marah. Aku yang sibuk cari cara supaya kakak enggak marah." Potong anna kesal.

Gilang is a possessive CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang