Anna duduk di ruangan wisnu, hari ini mereka hanya ada jadwal operasi satu pasien, dan untungnya berjalan dengan lancar. Anna banyak belajar dari Wisnu yang sangat lihai dalam melakukan operasi, pria itu sangat proporsional dalam bekerja.
"Minum dulu." Ucap wisnu menyodorkan minuman ke hadapan anna.
Anna menerima ia langsung meneguk hingga setengah. "Terimakasih." Ucap anna tersenyum tipis.
Wisnu hanya mengangguk ia duduk di samping anna, menatap wajah anna serius. "Sudah tidak terlalu takut sama darah, kan?." Tanya wisnu, sambil menyelipkan anak rambut ke daun telinga anna.
Anna diam membeku menatap wajah wisnu, mengangguk pelan. "I-iya." Jawab anna gugup.
Wisnu terkekeh kecil. "Sayang, kamu kenapa gugup gini?." Tanya wisnu gemes.
Anna menepis pelan tangan wisnu. "Dokter----"
"Panggil nama saja sayang, kita sedang berdua di sini." Potong wisnu.
Anna mengangguk. "K-kak, jangan panggil aku sayang. Nanti kak gil-----"
"Selama 4 tahun kita tidak ada kata putus, jadi kita masih pac-----"
"Stop kak, kita sud----"
"Kamu yang stop!, aku tidak akan pernah mau putus sama kamu. Sekalipun kamu sudah memiliki tunangan." Potong wisnu menatap lekat anna.
Anna diam beberapa detik matanya menatap lekat wisnu. "Kamu tidak tahu siapa sebenernya kak gil----"
"Aku lebih tahu dari kamu, sayang. Jadi kamu tidak perlu khawatir aku akan baik-baik saja." Potong wisnu menangkup wajah anna. "Tolong jangan pernah mengatakan putus." Lirih gilang.
Anna mengangguk pelan.
Tanpa disadari mereka berdua sepasang mata tajam menatap mereka berdua, tangannya mengepal kuat, otot-otot ditangannya menonjol. Menandakan ia sedang marah besar. "Berani sekali mereka berdua macam-macam dengan anak saya."
***
Gilang cemberut ia kesal, karena. Anna selalu sibuk dengan tugasnya di rumah sakit. Sampai-sampai anna sangat jarang bertemu dengannya.
Anna menatap gilang yang terus cemberut, seperti bayi. "Kak------"
"Saya bukan kakak kamu." Potong gilang sinis.
Anna tersenyum tipis. "Sayang, jangan ngembek gini dong. Aku hari ini libur jad-----"
"Bodoamat saya kesal sama kamu." Potong gilang langsung berjalan kelantai atas, masuk kedalam kamarnya. Membanting pintu kamar keras.
Anna menatap kedua orangtuanya gilang. "Om, tante, aku pulang dulu ya. Ak-----"
"Saya tidak mau mengambil resiko, lebih baik kamu ke kamar gilang bujuk dia. Jangan sampai anak saya menyakiti dirinya sendiri." Potong sanja dingin.
Anna mengangguk nurut, ia langsung berjalan ke kamar gilang. Membuka pintu kamar gilang tanpa mengetuk. Sungguh ia kesal dengan gilang, yang sangat gampang marah, kesal.
Gilang melirik sinis anna. "Mau apa kamu kesini?." Tanya gilang.
Anna duduk di pojok kasur menatap gilang lekat. "Jangan marah lagi, aku capek bujuk kamu." Ucap anna selembut mungkin.
"Saya tidak mau dibujuk, lebih baik kamu pulang." Sinis gilang.
Anna terkekeh kecil. "Katanya kangen sama aku, harusnya kita kangen-kangenan bukan marahan gini." Ucap anna mengelus rambut gilang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gilang is a possessive CEO
Teen FictionCEO pria yang sangat bucin, cemburuan terhadap kekasihnya yang masih kuliah semester terakhir. Anna yang harus menghadapi sikap kekasihnya yang sangat cemburuan dan posesif, ia harus bersabar demi ketenangannya batinnya. Disaat anna mencintai kekasi...