Setelah tiga hari mengalami koma kondisi gilang kembali normal, pria itu benar-benar membuat semua orang panik. Termasuk anna yang semakin merasa bersalah, ia tidak tahu harus melakukan apa untuk bisa menyadari gilang.
Anna, dan kedua orangtuanya gilang ada di ruang rawat gilang. Mereka menatap gilang yang masih belum sadar. Anna tidak bisa berkata-kata lagi ia kehilangan kata-kata untuk menjelaskan semuanya, kalau ia sangat merasa bersalah.
"Kami titip gilang dulu, kami harus pulang sebentar." Ucap sea pada anna.
"I-iya tante." Jawab anna.
"Jaga anak saya, jika dia kenapa-kenapa nyawa kamu jadi taruhannya." Ancam sanja.
"I-iya om." Anna mengangguk takut.
Mereka berdua langsung keluar ruang rawat gilang, meninggalkan anna dan gilang berdua di ruangan yang dipenuhi alat-alat kesehatan.
"Cepat sembuh, kak." Lirih anna, mengelus lengan gilang yang tidak diinfus.
Anna melirik jari telunjuk gilang yang bergerak, mata anna membulat sempurna. "K-kak." Panggil anna, tangannya memencet tombol yang ada di samping gilang. Memanggil dokter. "Kak ini aku anna, kakak harus sadar."
Perlahan tapi pasti gilang membuka kelopak matanya, menatap sekeliling ruangan. Tubuhnya lemas, sakit jadi satu. Menoleh menatap anna yang Menangis tanpa suara. "A-anna." Lirih gilang.
Anna mengangguk. "Ini aku anna, kakak syukurlah sadar." Anna menganggam tangan hilang.
Dokter datang ia langsung memeriksa gilang. "Tuan, mana yang sak-----"
Gilang mengangkat tangannya, memberi kode pada dokter untuk diam. "K-keluar." Suruh gilang.
"Tap-----"
"Keluar, s-saya ingin bicara berdua dengan a-anna." Potong gilang.
Dokter mengangguk mereka langsung keluar, walaupun mereka takut gilang kenapa-kenapa. Karena, kondisinya masih belum stabil.
Anna menatap gilang. "Jangan di lepas kak." Anna menahan tangan gilang yang ingin melepaskan kabel yang di hidung.
Gilang menurut ia menatap lekat wajah anna. "T-tolong j-jangan tinggalin saya, anna. Tolong jangan putuskan saya." Lirih gilang.
Anna diam ia menatap wajah gilang penuh prihatin, tangannya mengusap lengan gilang. Rasanya ngilu melihat tubuh gilang yang dipenuhi luka dan lebam.
"S-saya cinta sama kamu anna, saya rela melakukan apapun demi kita bisa bersama terus. S-saya janji sama kamu saya tidak lagi melibatkan hubungan kita ke kedua orang tua saya, kita selesaikan masalah kita sama-sama. Saya tidak lagi meminta bantuan pad-----"
Anna mengangguk pelan. "I-iya, aku maafin kamu. Ada syaratnya." Potong anna, ia takut gilang kembali drop gara-gara terlalu banyak bicara.
"Apa syaratnya?, katakan." Tanya gilang cepat.
"Kamu harus cepat sembuh." Jawab anna.
Gilang mengangguk. "Ya, saya pasti segera sembuh. Asalkan kamu jangan tinggalkan saya, lagi."
Anna mengangguk pelan. "Istirahat----"
Gilang mengambil cincin yang tergelak di meja kecil sampingnya, menarik pelan tangan anna. Memasangkan kembali cincin itu di jari manis anna. "Janji jangan tinggalin saya?."
"Janji."
"Terimakasih."
"Sama-sama."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Gilang is a possessive CEO
Teen FictionCEO pria yang sangat bucin, cemburuan terhadap kekasihnya yang masih kuliah semester terakhir. Anna yang harus menghadapi sikap kekasihnya yang sangat cemburuan dan posesif, ia harus bersabar demi ketenangannya batinnya. Disaat anna mencintai kekasi...