"Lebaranku spesial. Hanya sebatas makan kenyang lalu tidur."
Liburan Idul Fitri di Sudan tidak semeriah di Indonesia, kegiatan saya hanya shalat ied di Masjid salah seorang syaikh untuk mendengarkan khutbah bLebaranku spesial. Hanya sebatas makan kenyang lalu tidur."eliau yang selalu menarik berapi-api. Lalu pulang ke asrama berkumpul untuk sarapan pagi, yang di masak bersama-sama pada malam harinya. Foto bersama lalu bubar menuju kamar Lebaranku spesial. Hanya sebatas makan kenyang lalu tidur."masing-masing, mengejar mimpi indah.
Atau kadang setelah makan saya pergi menuju rumah peradaban (rumah teman-teman Hidayatullah dan Arraya) untuk makan ronde ke dua. Dan disore atau malam harinya biasa ada open room di kamar salah seorang ikhwah atau dikoridor asrama. Menu makanannya bermacam-macam. Namun yang dipastikan selalu ada yaitu bakwan dan cilok karya teman-teman asrama.
Saya jadi teringat perkataan Imam Asy-Shirazi, "Jika engkau merasa jalan yang engkau lalui begitu panjang, maka tidak ada penawar kecuali adalah seorang teman. Engkau berbincang dengannya, mengadukan semua hal yang pernah engkau temui, hingga tidak terasa akhir dari jalan yang engkau tempuh sudah sangat dekat."
Idul Fitri milik kami memang tidak mewah, jarang ada baju baru, sandal baru, dll. Tetapi kebersamaan dan hati yang qanaah menjadikan semuanya terasa sangat spesial.
Imam As-Syafi'i pernah mengatakan, "Jika engkau memiliki hati yang qanaah, maka tidak ada bedanya antara engkau dan raja-raja dunia."
Beliau juga pernah mengatakan, "Bepergianlah yang jauh niscaya kau akan temukan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan. Dan berusahalah sampai dirimu merasa lelah, karena nikmatnya hidup hanya akan terasa setelah berusaha sampai letih lelah."
Kenangan pahit dari penderitaan selalu lebih mudah di ingat dan dikenang dari pada hidup serba berkecukupan. Ini juga yang dikisahkan oleh sahabat Nabi yang mulia Muadz bin Ghozwan. Suatu ketika beliau berkhutbah, sembari bercerita awal perjalanannya meniti agama Islam di Makkah bersama Nabi Muhammad shallallu alaihi wasallam.
"Saya ingat dulu termasuk salah satu dari tujuh orang yang membersamai Nabi. Kami tidak mempunyai makanan kecuali hanya dedaun sampai mulut-mulut kami terluka."
Tetapi beliau di akhir cerita menyebutkan, "Namun tidak ada salah seorangpun hari ini dari kami kecuali menjadi pemimpin atas kota-kota besar."
Dalam hadits lain nabi shallallahu alaihi wasallam mengatakan, "Saya melihat surga, dan ternyata kebanyakan para penghuninya adalah orang-orang fakir (saat di dunia)."
Bulan Ramadhan yang ditutup dengan hari raya Idul Fitri adalah ibarat janji momen kemenangan yang akan selalu hadir. Setelah menahan raga untuk sabar, hati untuk lebih bersih, dan jiwa untuk lebih percaya, ganjarannya adalah dua; berbuka dengan mendapatkan surga dan bertemu dengan Tuhan Sang Pencipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengeong di Padang Pasir (Sebuah catatan perjalanan kuliah di Sudan)
AdventureIni hanya cerita tentang perjalanan saya di Sudan, uneg-uneg, curhatan dan tentu fakta-fakta unik tentang Sudan yang sangat membekas dalam ingatan. Mengenang kembali masa-masa kuliah saya di Sudan sebagai bentuk rasa syukur terbesar kepada Tuhan kar...