"Dari terusir kita akan belajar cara diterima."
Salah satu dokumen wajib untuk melakukan perjalanan di luar negeri adalah passport. Karena ketika itu saya sedang berdomisili di Gunung Anyar, Surabaya saya memutuskan membuat passport di kantor imigrasi Waru, Sidoarjo.
Pertama kali saya datang di kantor imigrasi saya di usir karena belum mendaftar online terlebih dahulu. Yang kedua kalinya saya datang saya disuruh pulang kembali, karena ternyata nama saya salah "satu" huruf, yang tertulis di akta kelahiran "Abdulloh" dan yang di kartu keluarga "Abdullah". Jadi yang di tertera di kartu keluarga harus di perbaiki. Tentu bukan hal mudah memperbaikinya karena orang tua saya berdomisili di Papua Barat. Jadi terpaksa harus menunggu sekitar dua pekan lebih untuk memperbaikinya.
Setelah kartu keluarga tersebut selesai diperbaiki saya langsung bergegas menuju kantor imigrasi. Tentu sudah mendaftar online terlebih dahulu. Sesampainya di sana saya serahkan semua berkas ke petugas bagian loket pemeriksaan pertama sebelum masuk ke dalam ruangan. In syaa Allaj kali ini lancar, gumam saya.
Ternyata kartu keluarga tersebut belum di tanda tangani bapak saya. Dan petugas tersebut dengan bahasa formalnya menyuruh saya untuk mengirimkannya kembali ke Papua.
Jengkel, saya kembali ke ruang tunggu lalu saya tanda tangani sendiri kartu keluarga tersebut tentu atas izin bapak saya, meniru yang ada di kartu keluarga pertama yang nama saya salah satu huruf.
Beberapa menit kemudian saya mengambil antrian pemeriksaan pertama di loket petugas yang berbeda dan finally lolos.
Kenapa tidak membuat passport lewat agen saja? Bukankah prosesnya akan lebih cepat? Ya karena saya warga negara yang taat hukum dan undang-undang. Dengan catatan selama belum benar-benar terpaksa. Plus mengurus sendiri di kantor imigrasi lebih hemat, hanya sekitar tiga ratus lima puluh ribu, sedangkan di agen bisa sampai satu juta. Kalau dibelikan kuaci puas banget, memar mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengeong di Padang Pasir (Sebuah catatan perjalanan kuliah di Sudan)
AvventuraIni hanya cerita tentang perjalanan saya di Sudan, uneg-uneg, curhatan dan tentu fakta-fakta unik tentang Sudan yang sangat membekas dalam ingatan. Mengenang kembali masa-masa kuliah saya di Sudan sebagai bentuk rasa syukur terbesar kepada Tuhan kar...