Makanan khas Sudan

8 2 0
                                    

"Tanpa aku sadari aku kecanduan makan nasi."

Sebenarnya meskipun sudah tinggal empat setengah tahun di Sudan saya masih bingung menentukan makanan apa saja yang benar-benar khas berasal dari Sudan. Jadi saya hanya akan menyebutkan yang saya tahu.

Pertama, Syasyuka. Terbuat dari telur ayam, bawang bombai, dan tomat. Di goreng menjadi satu sambil diacak-acak sampai hancur dan cukup ditambah sedikit garam. Biasanya dimakan bersama roti isy dan sedikit tambahan sambal cabai hijau mentah. Syasyuka adalah makanan pertama yang paling gampang diterima lidah asia seperti kami.

Kedua, Adas. Kacang adas merupakan salah satu tanaman yang Allah sebutkan dalam Al-Quran. Berwarna kuning. Cara memasaknya, cukup direbus sampai lembut lalu ditambahkan garam dan penyedap rasa. Terakhir ditambahkan potongan tomat dan bawang bombai. Bisa juga ditambahkan telur rebus yang dihancurkan. Biasa dimakan bersama roti isy.

Ketiga, Fasuliyah. Bentuknya mirip seperti kacang kedelai namun lebih besar. Warannya kuning pucat. Cara memasaknya sama dengan adas dan biasa dimakan dengan roti.

Keempat, Ful. Termasuk sejenis kacang-kacangan berwarnanya coklat, berukuran besar. Cara memasaknya harus direbus lama dengan tekanan tinggi. Biasa disajikan dengan tambahan bawang bombai dan tomat yang sudah dipotong kecil-kecil, telur rebus yang diremas sampai hancur dan keju khas yang sangat asin. Jangan lupa tambahkan sedikit garam. Jujur pertama kali mencoba menu yang satu ini, spontan saya bergegas ke kamar mandi dan langsung saya muntahkan. Rasanya sangat aneh. Tapi tidak sampai satu tahun saya sudah bisa memakannya. Meskipun ada beberapa teman yang sampai pulang ke Indonesia tetap tidak ridho lidahnya berpapasan dengan makanan yang satu ini.

Kelima, Asida. Posisinya adalah sebagai pengganti nasi. Terbuat dari tepung terigu yang di masak dengan air lalu dibiarkan menjadi padat. Rasanya hambar. Biasa dimakan bersama bamia daging cincang.

Keenam, Bamia. Bamia adalah masakan sayur yang terbuat dari tanaman okra. Teksturnya berlendir. Ada yang original berwarna hijau, ada juga yang sudah dicampur daging cacah ditambah saus tomat. Yang original saya masih belum bisa memakannya, dan lebih baik tidak mencoba. Membayangkan memakannya saja sudah mau muntah. Seperti makan ingus.

Ketujuh, Fatta. Yang ini sebenarnya sama dengan adas dan ful hanya cara penyajiannya agak brutal. Roti isynya dicincang lalu diaduk bersama adas dan ful. Kalau melihat sekilas karena warnanya kuning (dari adas) kecoklatan (dari ful) mirip kotoran. Kalau dari segi rasa bagi yang sudah terbiasa makan adas dan ful in syaa Allah bisa makan fatta.

Kedelapan, Syawarma. Bentuknya mirip kebab. Isiannya berupa daging ayam, paprika dan beberapa sayuran yang lain, lalu diberi mayonais.

Keseembilan, Salathah. Biasa juga dikenal Salad Sudan terbuat dari campuran berbagai sayuran. Mulai dari tomat, bawang merah india, cabai, wortel, mentimun sudan, dan sayur jarjir. Semuanya dipotong kecil-kecil lalu diaduk bersama saus kacang dan sedikit perasan jeruk nipis dan garam. Beberapa ada yang menambahkan juga zabadi (yougurt). Biasa dihidangkan bersama roti isy. Rasanya cukup bersahabat dengan lidah meskipun semua bahan dasarnya mentah.

Kesepuluh, Zalabiyah. Terbuat dari adonan donat berbentuk bola-bola kecil, lalu di goreng dalam minyak panas. Biasa dihidangkan saat pagi hari bersama gula bubuk. Ditemani qahwah(kopi), laban (susu), syai (teh), atau syai bil laban (teh campur susu).

Kesebelas, Sya’riyyah. Pertama kali saya melihat makanan ini jujur saya tertipu. Bentuknya mirip mie pada umumnya. Tapi rasanya ternyata manis.

Keduabelas, Halawiyyat. Manisan khas Sudan dengan berbagai macam bentuk. Manisnya pol kaya kamu.

Ketiga belas,  Agashi. Terbuat dari potongan daging yang sudah dilumuri dengan serbuk kacang-kacangan lalu ditusuk menyerupai sate. Kemudian dipanggang diatas bara api. Cara penyajiannya biasa dimasukkan didalam roti menyerupai burger.

Dan masih banyak makanan unik khas Sudan lainnya seperti dogma yang saya pernah bahas.

Mengeong di Padang Pasir (Sebuah catatan perjalanan kuliah di Sudan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang