"Bahkan pencuri pun pernah berdoa. Yaa Allah tolong lancarkan usaha saya."
Jakarta, 4 September 2018. Kami menghadiri pertemuan dengan Dubes Sudan dan panitia pengurusan camaba Sudan jalur kemenag. Salah satu poin penting yang di sampaiakan oleh bapak dubes ketika itu adalah Sudan adalah negara yang aman, kalian bisa jalan kaki malam hari sendirian tanpa takut apapun.
Namun faktanya itu hanya berlaku beberapa bulan sejak kedatangan kami. Sudah tidak terhitung berapa banyak mahasiswa asing yang menjadi korban pencopetan HP di bis atau di tempat-tempat umum lainnya. Memang diawal kedatangan kami akhir tahun 2018 masih belum begitu banyak begal yang berkeliaran. Namun tetap saja hampir setiap bulan pasti ada berita tentang pembegalan di grup whatsapp.
Kasus yang sama lebih sering terjadi sejak peristiwa kudeta Omar Basyir mantan presiden Sudan tahun 2019. Inflasi mata uang Sudan semakin parah. Saat awal kedatangan kurs penukaran dollar ke juneih 100 $ senilai 4200 SDG diawal tahun 2023, 100 $ setara dengan 58.000 SDG. Bahkan yang dulu tarif naik muwashalat (bis umum) hanya senilai 2 juneih, awal tahun 2023 kemarin sudah naik sampai 200 juneih.
Harga kebutuhan pokok ikut naik saat kurs dollar naik, namun saat kurs dollar turun tidak ikut turun. Indomie harganya 200 juneih atau senilai Rp. 6000,- dan Indomie goreng 500 juneih senilai Rp 15.000,-. Harga nasi kotak paling murah 700 juneih dan di jamin tidak kenyang. Kalau mau keyang beli yang 1000 juneih. Harga makanan diluar asrama lebih mahal lagi berkisar antara 1200 juneih keatas, sekitar Rp. 36.000,-.
Kenaikan harga bahan pokok dan kondisi keamanan negara yang tidak stabil membuat banyak sekali begal yang berkeliaran. Mereka kadang beraksi di jalanan umum yang tampak sepi atau bahkan masuk di salah satu rumah kontrakan mahasiswa asing. Entah hampir setiap minggu ada saja kabar pembacokan atau pencurian. Korbannya kadang mahasiswa Indonesia kadang juga mahasiswa asing dari negara lain. Sehebat apapun ilmu silat tangan kosong kamu kalau sudah berhadapan dengan parang sepanjang setengah meter, lebih baik menggunakan jurus kaki seribu.
Ada salah satu teman saya yang mencuci baju sekitar jam satu dini hari. Tiba-tiba dia ditodong parang oleh begal yang baru saja lompat pagar. Sudah otomatis terpaksa shadaqah HP.
Ada juga teman yang secara ridak sengaja terkena peluru nyasar. Di lihat dari ukuran proyektil peluru rupanya berasal dari senapan angin. Peluru tersebut sampai menembus rongga dada dan akhirnya bersarang didalam. Setelah dibawa ke rumah sakit, dan dirontgen tampaknya tidak ada organ dalam yang rusak. Dan akhirnya dokter salah satu rumah sakit di Sudan memvonis lebih baik tidak perlu di operasi, biarkan peluru tersebut bersarang di dalam rongga dada. Fatwa dokter yang aneh bin ajaib.
Sampai rumah orang Sudanpun kadang jadi target begal. Sekali beraksi jumlah mereka bisa lebih dari sepuluh orang. Dan parahnya beberapa begal mengancam terdulu korbannya seperti di film-film, sebagian dari mereka tidak segan langsung melumpuhkan dulu korbannya, menusuk atau membacok secata tiba-tiba korban barulah kemudian mengambil barang berharga yang dia miliki.
Kabar terakhir yang saya dengar ada salah seorang teman sedang berangkat ujian, jarak antara asrama kami dengan ruang ujian sekitar setengah kilometer. Siang hari, tiba-tiba dia ditodong parang. Akhirnya dia hanya bisa setoran HP dengan terpaksa.
“Tafaddhol, silahkan di ambil HP saya, jangan nyawa saya”.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengeong di Padang Pasir (Sebuah catatan perjalanan kuliah di Sudan)
MaceraIni hanya cerita tentang perjalanan saya di Sudan, uneg-uneg, curhatan dan tentu fakta-fakta unik tentang Sudan yang sangat membekas dalam ingatan. Mengenang kembali masa-masa kuliah saya di Sudan sebagai bentuk rasa syukur terbesar kepada Tuhan kar...