"Apa asiknya hidup bila tidak ada lagi yang bisa membuat kita terkejut?"
Tes penempatan kelas atau yang biasa disebut muayanah adalah prosedur pertama yang harus kami jalani saat mendaftar di International University of Africa, yang terletak di kota Khartoum ibu kota negara Sudan.
Fakta yang kami baru tahu ternyata Sudan memiliki lebih dari dua musim, pApa asiknya hidup bila tidak ada lagi sesuatu yang membuat kita terkejut?"ertama musim panas, kedua musim dingin dan yang ketiga adalah musim penghujan. Dan ketika kami tiba di Sudan sekarang ini ternyata adalah musim penghujan. Gumam saya, musim hujan saja sudah panas seperti ini apalagi musim panas.
Pagi itu langit sedang mendung, rintik gerimis air hujan sedikit membasahi baju kami. Kami datang di kampus untuk proses muayanah sekitar pukul 07.30 CAT. Dan muayanah baru dimulai sekitar pukul sembilan pagi. Saat dosen yang bertugas sebagai penguji itu datang muayanah langsung dimulai.
Kami di panggil satu persatu untuk di proses wawancara. Kadang ada yang setelah perkenalan, dia di tes hafalan Al-Quran. Dan ada juga yang setelah perkenalan di suruh membaca janji mahasiswa, arab gundul.
Semuanya terserah dosen penguji. Karena tahu tes muayanahnya seperti itu, panitia camaba membagikan lembar janji mahasiswa di grup whatsapp agar kami yang belum maju latihan membacanya terlebih dahulu.
Namun baru beberapa menit di share, nama saya sudah di panggil. Alhamdulillah saya sudah latihan membaca paragraf awal dan beberapa poin janji mahasiswa meskipun sebenarnya belum terlalu lancar membaca teks arab gundul.
"Nama kamu siapa" Tanya dosen penguji. Pertanyaan easy.
Kemudian dia bertanya lagi, "Sudah hafal berapa juz?"
Saya menjawab, " Tiga belas juz". Di sini saya beranggapan akan dites hafalan. Tapi ternyata saya salah. "Silahkan kamu baca janji mahasiswa nomor 13!" Kata dosen itu.
Dalam hati saya berteriak, "Matiii".
Tadi saya membaca janji mahasiswa belum sampai nomor 13, ditambah janji mahasiswa poin nomor 13 ternyata cukup panjang.
Terpaksa saya membaca dengan agak terbata-bata sampai dosen sempat bertanya, "Kamu mau langsung masuk kuliah atau mengikuti kelas persiapan bahasa dahulu?" Seolah beliau ragu untuk menyatakan saya sanggup langsung mengikuti pembelajaran di kelas yang full menggunakan bahasa pengantar bahasa arab dengan muqarrar (buku panduan belajar) berbahasa arab gundul.
Segera saya jawab, "Langsung kuliah, syaikh". Dosen penguji itu mengangguk sembari menuliskan keterangan "Bisa langsung masuk kuliah" di lembar muayanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengeong di Padang Pasir (Sebuah catatan perjalanan kuliah di Sudan)
PertualanganIni hanya cerita tentang perjalanan saya di Sudan, uneg-uneg, curhatan dan tentu fakta-fakta unik tentang Sudan yang sangat membekas dalam ingatan. Mengenang kembali masa-masa kuliah saya di Sudan sebagai bentuk rasa syukur terbesar kepada Tuhan kar...