13 ✯ Whose doing?!

12 2 0
                                    

⚠️Geng motor, kekerasan, Bahasa kasar, kenakalan remaja, Obsesi, Posesif,
Toxic Boy, Toxic Relationship ⚠️

Banyak terdapat bahasa kasar dan tingkah yang tidak patut ditiru, harap bijak dalam membaca.

✯✯

Happy reading

✯✯




Di jam istirahat Danan bersama keempat kawannya berada di kantin tengah menyantap makanan mereka, wajah Danan masih terlihat kesal ketika mengingat di mana Dhara menggandeng tangan pria lain, ia juga sedikit iri karena dirinya belum pernah merasakan hal itu.

"Permisi ka Danan," kata seorang gadis yang membuyarkan lamunan Danan. "Ini buat Kakak," lanjutnya seraya memberikan sekotak susu coklat kepada Danan.

"Oh makasih ya," kata Danan dibarengi senyuman ke arah gadis itu yang terlihat salah tingkah kala mendapatkan senyuman dari Danan. Lantas ia kembali ke meja bersama kawan-kawannya, yang masih terlihat cengengesan.

"Geleh banget maneh Nan, tadi aja cemberut, giliran di datengin cewek langsung senyum," celetuk Aspi yang duduk di hadapannya.

Sementara pemuda yang mendapatkan sindiran itu hanya memasang wajah sombong lalu kembali sibuk dengan minumannya. Mulutnya berhenti menyeruput ketika melihat gadis dengan rambut hitam terurai memasuki kantin, wajahnya seakan senang dengan kehadiran gadis tersebut. Ia melambai, memberi isyarat agar gadis itu datang ke arahnya.

Di kejauhan Vidya melihat lambaian tangan Danan lantas ia menarik tangan Dhara yang berada di sampingnya untuk ikut menghampiri mereka. Setelah berada di dekat, Vidya melepas genggaman tangannya meninggalkan Dhara berdiri seorang diri, sementara dirinya langsung mengambil alih kursi di samping Barry yang tengah sibuk menyantap makanan di hadapannya.

"Sini duduk." Dhara menoleh ke arah orang yang mengajaknya berbicara. Danan tersenyum ke arahnya dengan tangan kiri memberi isyarat agar Dhara duduk di kursi yang kosong, tepat berada di sampingnya.

Tak punya pilihan, Dhara duduk di kursi kosong itu. "Gak makan?" tanya pemuda yang mengenakan gips di tangan kanannya itu.

"Gak gue gak laper, gue diseret ke sini gara-gara tuh." Dhara menunjuk ke arah Vidya yang saat ini tengah asik mengamati wajah Barry, menggunakan ujung dagunya.

Danan tersenyum kecil mendengar jawaban gadis di hadapannya, ia tahu bagaimana kesalnya dia ketika diseret ke sini hanya untuk menemani temannya yang sedang bucin, namun Danan tidak terlalu marah dengan tindakan Vidya, justru ia bersyukur karena setidaknya dirinya bisa melihat wajah gadis di depannya saat ini.

"Tangan kamu nganggur tuh, gimana kalo suapin aku," goda Danan dengan wajah berharap.

"Tangan temen lo juga itu nganggur, kenapa gak minta dia aja?" balas Dhara seraya melihat ke arah Aspi berada.

"Najis banget, nanti dikira jomok aing," celetuk Aspi yang merasa dirinya terpanggil.

"Ehh gue juga najis dikira jomok sama maneh Pi." Danan seakan tidak mau kalah dengan perkataan Aspi hingga ia membalas perkataannya.

Dhara merasa jengah, ia lebih memilih mengotak-atik ponselnya ketimbang memperdulikan perkataan dua pemuda itu. Selama bermain ponsel, Dhara tidak bisa merasa tenang sama sekali, karena mendengar rintihan kesakitan yang seakan dibuat-buat oleh pemuda di sampingnya. Danan berusaha mengambil makanan di piring menggunakan tangannya yang dibaluti gips. Boro-boro mendapatkan makanan, yang ia dapat hanya rasa sakit karena memaksakan tangan kanannya untuk bergerak.

DANAN CARAKA || ON GOING ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang