admit it

579 69 25
                                    

Tangan Sooji bergetar hebat saat mendapatkan pesan itu, entah kenapa perasaannya dipenuhi rasa bersalah padahal dirinya tak melakukan apapun bukan. Bukankah harusnya dia merasa senang karena apa yang dia mau menjadi kenyataan, mimpinya untuk debut menjadi nyata namun nyatanya Sooji malah ketakutan luar biasa sekarang.

"Baek Harin, apa benar ini karena perjanjian yang aku lakukan semalam tapi bagaimana bisa" , Sooji berdiri dan menggigit bibir bawahnya mencoba mencari alasan yang masuk akal kenapa teman sesama traineenya itu mengakhiri hidupnya, lagipula orang gila mana yang menyayat sekujur tubuhnya sendiri sebelum gantung diri, Sooji pun masih ingat betapa bahagianya gadis itu saat dirinya diumumkan akan debut, benar-benar tidak masuk akal untuk Sooji kenapa gadis itu memutuskan untuk berbuat demikian.

Penyelidikan dilakukan secara tertutup, tentu saja agar kejadian ini tidak mempengaruhi debut para anggota yang lain, agensi tentu tidak mau menunggu lebih lama lagi.

" Bagaimana ini?",  Sooji mengerang frustasi, dia ingin bertanya kepada Harin namun dia sendiri tidak tahu bagaimana caranya, hingga seketika dia terpikir untuk pergi ke jembatan itu lagi.

...

Setelah perjalanan yang cukup jauh akhirnya Sooji berhasil sampai di jembatan yang terbengkalai itu, sudah sore dan itu membuat suasana sedikit menakutkan menurut Sooji.

" Aku pasti sudah gila ".

Mata gadis itu menelusuri sekitar jembatan yang mulai disinari cahaya oranye khas senja, hingga dia akhirnya melihat siluet tubuh seseorang di pagar pembatas jembatan itu, persis seperti orang yang siap melompat . Perlahan dan dengan berusaha sebisa mungkin tidak menimbulkan suara Sooji berjalan mendekati sosok itu, setelah sudah cukup dekat Sooji yakin bahwa itu memang Baek Harin yang dia temui semalam.

" Kamu mau berterima kasih Sooji?", tubuh Sooji spontan bergerak mundur, bagaimana bisa Harin mengetahui keberadaannya bahkan gadis tinggi itu sama sekali bergerak apalagi menoleh.

Sesaat kemudian Harin membalikan tubuhnya dan menatap Sooji yang wajahnya sudah penuh ketakutan, senyum manis dia berikan setelah menyadari dan merasakan ketakutan dari gadis mungil didepannya.

"Bukan kah kamu datang kemari untuk menemuiku, ayo mendekatlah kemari", Harin mengulurkan tangannya menunggu Sooji menyambutnya, Sooji yang melihat itu menggelengkan kepalanya menolak permintaan Harin, melihat respon yang diberikan Sooji Harin tersenyum miring.

Sooji bergerak mundur, dirinya sudah secara tidak langsung sudah mendapatkan pertanyaan tentang kematian temannya itu, dirinya harus lari sejauh mungkin dari orang aneh di depannya dan tidak berhubungan lagi lagipula Sooji tidak terlibat apapun atas kematian temannya itu, sangat tidak masuk akal.

Sooji membalikkan badannya dan sesaat sebelum dia sempat berlari sebuah lengan melingkari pinggangnya dengan posesif, tubuh Sooji menegang merasakan hembusan nafas dilehernya, bagaimana bisa Harin bergerak secepat itu dan memeluknya dari belakang.

"Sung Sooji kita sudah terikat perjanjian, kamu sudah menyerahkan diri dan hal yang paling penting aku tidak akan pernah melepaskan apa yang sudah menjadi milikku", tangan Harin perlahan bergerak naik dan berhenti ketika mencapai leher Sooji, dan secara tiba-tiba tangan Harin mencekik leher Sooji dari belakang hingga membuat Sooji kesakitan dan kesulitan bernafas.

Sooji memberontak dan mencoba melepaskan tangan Harin yang masih setia mencekik lehernya, namun bukannya terlepas cekikan itu malah semakin erat,.

"l-lepassh ", airmata Sooji sudah tidak terbendung lagi dia sudah tidak memberontak lagi, tubuhnya sudah lemas dan dia yakin dia akan mati ditangan Harin saat itu juga.

Namun nyatanya Harin melepaskan cengkeramannya di leher Sooji, seketika itu juga dengan terengah-engah Sooji mencoba meraup oksigen sebanyak mungkin, tubuhnya terduduk lemas.

Harin berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Sooji, dengan kasar Harin meraih dagu gadis mungil itu memaksa Sooji untuk menatap matanya.

" Sooji harusnya kamu berterima kasih, bukankah aku sudah membuat mimpi kamu jadi kenyataan, kenapa kamu malah ingin melarikan diri ", Harin meraih tangan Sooji dan menggenggamnya, ditariknya tubuh Sooji untuk berdiri dan berjalan menuju pembatas jembatan, Sooji hanya bisa menurut dirinya terlalu ketakutan dan terkejut atas apa yang baru saja terjadi.

Keduanya berdiri ditempat yang sangat tidak aman, sedikit saja salah bergerak maka mereka akan terjatuh kedalam sungai yang penuh bebatuan dan berarus deras.

"Harin", Sooji mencoba melepaskan genggaman tangan Harin, namun tanpa Sooji duga Harin malah mendorongnya hingga Sooji nyaris terjun andai saja Harin tak menahan genggaman tangannya.

" HARIN!" Sooji berteriak ketakutan menyadari nyawanya yang berada di ujung tanduk.

Harin tertawa dan menatap Sooji dengan tatapan mengejek," bukannya tadi kamu ingin melepaskan genggaman tangan kita , bagaimana jika sekarang aku melepaskannya apa kamu akan senang sung Sooji?".

"Harin aku mohon,aku tidak mau mati ", Sooji menangis dan memohon kepada Harin.

Gadis tinggi itu memiringkan kepalanya, " mohon apa Sooji?", dia mengakhiri pertanyaan itu dengan senyum puas melihat ekspresi frustasi yang Sooji perlihatkan.

" Tolong aku Harin, aku mohon jangan lepasin tanganku".

"Dengar ini baik-baik Sooji, seperti inilah wujud perjanjian yang kita lakukan semalam, sekali saja kamu terlepas dari perjanjian kita maka kamu akan mati dan ingat hanya aku yang bisa membuat kamu terlepas dari perjanjian kita ". Tangisan Sooji semakin keras menyadari betapa bodohnya dia.

" Teruslah bergantung dan memohon padaku sooji, dan aku akan puas melihat kamu tersiksa sampai mati ", setelah mengucapkan kalimat yang membuat Sooji hancur dia menarik tubuh Sooji kemudian memeluknya erat.

Harin tersenyum miring merasakan tubuh Sooji yang gemetaran dan ketakutan dalam dekapannya, kepala Harin bergerak mendekat ke arah leher putih Sooji hingga akhirnya sebuah hisapan  membuat Sooji mendongakkan kepalanya, airmata Sooji mengalir semakin deras dirinya sudah tidak kuat untuk memberontak atas perlakuan Harin.

"Admit it Sung Sooji, kamu bahagia bukan dengan kematian trainee itu"

....


Devil's TortureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang