"Ugghh", Sooji memegang kepalanya yang berdenyut nyeri saat dia membuka matanya, mencoba mengembalikan fokusnya Sooji mengerjapkan matanya beberapa kali. Sesaat setelah dia bisa melihat dengan jelas pemandangan di depannya seketika itu juga rasa mual menghampirinya.
Dia ingat semuanya, kejadian tadi malam.
Dia tidak pernah terbayang akan mampu berbuat sedemikian mengerikan, walaupun bukan dia yang membunuh tapi tetap saja tangannya juga kotor dan berlumuran darah atas mayat yang sudah tak berbentuk didepannya.Nafasnya menjadi pendek dan cepat tanda kepanikan dan rasa takut mulai menguasainya, dia berjalan mundur menjauhi daging yang terpotong-potong didepannya dan saat tubuhnya mulai gemetar karena serangan panik Sooji bisa merasakan ada lengan yang mendekapnya dari belakang seakan memberikan rasa ama n. Aroma yang sangat Sooji kenali, Harin.
"Lepasin!", Sooji mencoba melepaskan tangan Harin dari tubuhnya. Namun Harin membalikkan tubuhnya hingga keduanya berhadapan.
" Menyesal?", dicengkeramnya Rahang Sooji agar menatap matanya. Ingin sekali Sooji mengalihkan tatapannya, karena jujur saja setiap kali dia menatap mata tajam itu semua keberanian yang dia punya akan hilang berubah menjadi perasaan terintimidasi dan perasaan aneh yang membuatnya tak nyaman.
Harin melepaskan cengkeramannya kemudian menarik Sooji ke pelukannya, tentu saja Sooji terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Harin, bahkan ketika tangan Harin mengusap punggungnya dia hanya mampu membeku.
" He deserves it Sooji"
Pelukan itu semakin erat, hingga Sooji merasakan sesak dan mencoba mendorong tubuh Harin menjauh.
" Tidak ada yang boleh menyakiti kamu, karena....
Harin sedikit mendorong tubuh Sooji agar keduanya bisa saling bertatapan,
....jika ada yang boleh melakukan sesuatu kepadamu, hanya akulah orangnya". Harin mengusap lembut pucuk kepala Sooji yang entah kenapa membuat Sooji merasakan kantuk yang luar biasa menyerang hingga tak lama dia terlelap didekapan Harin, entah dia berhalusinasi atau apa sesaat sebelum Sooji menutup matanya dia sempat mendengar Harin mengucapkan sesuatu.
" Trapping you was the best decision I ever made".
....
Sooji melamun setelah selesai melakukan photo shoot dengan salah satu majalah populer yang dimana dia dipilih untuk menjadi salah satu modelnya. Dikarenakan ini jadwal individual dia hanya sendirian dan hanya bersama manajernya yang sekarang entah sedang dimana.
"Bagaimana ruangan itu bisa menjadi bersih?, kemana perginya semua da—", Sooji menggelengkan kepalanya saat dia sebenarnya sudah tau siapa yang melakukannya.
Tangannya dia letakkan di dagu, otaknya mencoba memikirkan hal hal yang menurutnya aneh. Kenapa Harin membantunya membersihkan jejak kejahatannya, bukannya bisa saja dia membuat Sooji tersiksa untuk memikirkan bagaimana menyingkirkan barang bukti.
Kata-kata yang sempat dia dengarpun membuat Sooji semakin bingung.
"Dia itu sebenarnya apa?", jika dia iblis yang biasanya memberikan kesuksesan dan kekayaan kepada manusia bukankah iblis semacam itu hanya bisa di summon dengan ritual yang rumit, yang bahkan Sooji tak pernah melakukannya. Malam itu Harin seakan sengaja menunggu Sooji di jembatan itu.
" Semakin aku pikirkan semakin tidak jelas saja rasanya".
Sooji tak sadar jika Harin yang sedang mengawasinya tersenyum saat mengetahui apa yang dia pikirkan, Senyuman yang sangat kontras dengan suara jeritan penyesalan dan tangisan pilu orang orang dihadapannya yang memohon kepada Harin agar siksaan tanpa henti yang mereka rasakan berhenti.Suara pilu itu bagi Harin seperti musik klasik yang begitu menenangkan.
....
" Thanks, i guess ?", Harin hanya menatap datar kearah Sooji yang mengulurkan tangannya. Ya, Harin memang berada di apartemen Sooji yang tentu saja tanpa izin, Harin tak memerlukan itu.
Sooji menarik tangannya dan menundukkan kepalanya saat dia tau Harin tak menanggapi ucapan terima kasihnya.
"Mau berterima kasih?, bukan begitu caranya Sooji", mendengar Harin berbicara spontan Sooji mendongakkan kepalanya, apa yang Harin mau?, traktiran makan seperti teman temannya, ah rasanya tidak mungkin.
"Lalu gimana caranya?", Sekujur tubuh Sooji meremang saat dia melihat Harin tersenyum miring dan menyentuh bibirnya sendiri.
" Kiss me, and don't stop until i kiss you back", Harin terus menatap Sooji intens, melihat Sooji yang melangkah mundur, Harin tertawa kecil.
"Oh tidak mau ya?", Sooji berpikir keras, dia tau ini hanya permainan Harin juga tapi tidak bisa dia pungkiri bahwa ada dorongan yang entah darimana datangnya menyuruhnya untuk terus mengikuti permainan itu.
Harin tersenyum samar saat dia sendiri tau Sooji tidak akan bisa menolak, ada benang tak kasat mata yang mengikat Sooji seperti anjing yang harus menurut kepada pemiliknya, ikatan itu akan terus menarik Sooji untuk terus mengikuti apa yang Harin mau.
Sooji berdiri didepan Harin sedikit mendongak karena perbedaan tinggi mereka, dia menatap bibir Harin yang masih menyunggingkan senyum yang entah apa artinya, Sooji berjinjit, memiringkan kepalanya dan menarik tengkuk Harin menyatukan bibir mereka.
Harin hanya diam, tidak membalas sekalipun lumatan yang Sooji lakukan dibibirnya, Sooji yang sudah kehabisan nafas pun melepaskan tautan keduanya, namun Harin menariknya kembali sebelum Sooji mengambil nafas dengan benar.
" Why did you stop? I haven't kissed you back yet.", Ingin rasanya Sooji mengutuk Harin yang dengan sengaja tak mau membalas ciumannya.
Sooji kembali menautkan bibir mereka untuk kesekian kalinya, dan saat Sooji sudah benar-benar hampir kehabisan nafas, Harin melepaskan ciuman itu membiarkan Sooji mengambil nafas dengan benar. Setelah itu kini giliran Harin yang dengan agresif melumat bibir Sooji.
" Sung Sooji, kamu benar aku memang sengaja menunggu kamu di jembatan itu"
......

KAMU SEDANG MEMBACA
Devil's Torture
Mystery / Thriller⚠️ uncomfortable scenes Sung Sooji trainee yang putus asa dan Baek Harin yang datang seakan memberi solusi.