fear and evil thoughts

392 54 23
                                    

Lorong yang awalnya gelap itu berubah menjadi terang saat Sooji berjalan melewatinya, hari ini adalah hari terakhir promosi lagu debut grupnya  yang menguras tenaga serta kewarasannya. Para anggota diberikan waktu beristirahat beberapa hari sebelum jadwal berikutnya dan akhirnya Sooji bisa beristirahat di apartemennya yang tidak terlalu besar, memang para anggota grupnya tidak semua tinggal di asrama termasuk dirinya.

Sooji memegang tengkuknya saat merasakan udaranya disekitarnya berubah dingin, dia memasukkan password apartemen miliknya sambil menoleh ke arah lorong yang memang sudah tidak ada siapapun kecuali dirinya. Sedari tadi Sooji merasa ada yang mengikutinya, bodyguard yang bertugas menjaganya juga sudah kembali setelah mengantarkannya sampai di lobi, perasaan diawasi membuatnya tak nyaman.

" Harin lagi ya?", gumamnya sambil membuka pintu, dan saat pintu itu terbuka Sooji merasakan ada yang membekap mulutnya dari belakang sambil mendorongnya masuk kedalam, dan pintu pun otomatis terkunci saat seseorang yang membekap Sooji menendangnya.

Bukan, itu bukan Harin. Sooji tau itu seorang pria dari tangannya, mencoba melepaskan tangan pria asing itu dari mulutnya namun yang dia peroleh adalah tubuhnya dihimpit ke dinding dengan kasar.

Kepanikan melanda Sooji saat mendengar suara tawa menyeramkan dari pria aneh yang ada di apartemennya.

"Sooji akhirnya aku bisa menyentuh kamu", menjijikkan!, ingin rasanya Sooji berteriak namun itupun pasti sia sia karena ruangan ini kedap suara.

" Aku selalu berfantasi tentang hal hal menyenangkan saat melihat kamu menari seakan menggodaku ", tangan kiri pria itu yang menganggur dengan kurang ajarnya menyentuh paha Sooji.

Airmata mulai membanjiri pipi Sooji saat dirinya pastinya kalah tenaga untuk melawan. Meskipun dirinya terus memberontak namun dengan mudahnya pria itu menahan gerakannya.

" Apalagi saat kita tak sengaja saling menatap tadi siang, ingin rasanya aku menarikmu dari atas panggung dan mengikatmu diranjang lalu kita bercinta sampai puas", Sooji tak pernah membayangkan bahwa salah satu dari penonton atau mungkin bisa disebut penggemarnya adalah seorang pria gila dan menjijikkan seperti ini. Mengikutinya dan menerobos masuk ke apartemen bahkan melecehkannya.

Ditengah kekalutannya tiba-tiba terlintas dipikiran satu nama yaitu " Baek Harin", hanya dia yang mungkin bisa menolongnya kali ini. Maka dengan putus asa Sooji mencoba memanggil  Harin dan memohon pertolongan, walaupun Sooji tau itu tidak akan gratis dan ada konsekuensinya, yang mampu Sooji pikirkan hanya bagaimana agar dia bisa selamat dari pria yang mencoba melecehkannya.

Crackk....

Gerakan tangan pria gila yang awalnya hampir menyentuh titik sensitifnya dan membekap mulutnya seketika berhenti bersamaan dengan bunyi sesuatu yang patah. Sooji dengan perasaan yang masih diliputi ketakutan luar biasa mencoba membalikkan badannya yang sudah terbebas dari himpitan pria itu.

Saat sudah berbalik spontan Sooji menutup mulutnya dan tubuhnya merosot ke bawah.

" bagus Sung Sooji, kamu benar hanya aku yang bisa menolong kamu", Harin berjongkok di depan Sooji yang masih menatap kearah pria yang tergeletak dilantai dengan kepala dan badannya sudah terpisah, kepala itu seolah dicabut paksa dari tubuhnya, luka koyakan yang pasti sangat menyakitkan.

"Lihat mata itu Sooji, lihat keterkejutan dimatanya. Dia hampir meraih surga namun berakhir seperti babi terpenggal karena tak tau siapa pemilik surga itu", Sooji pun bisa melihat kepala yang sudah terpisah itu matanya terbelalak seakan terkejut, tak menyangka akan kematian yang tiba-tiba mendatanginya.

Sooji menoleh ke arah Harin yang ternyata juga tengah menatapnya, entah apa arti dari tatapan dalam yang Harin berikan padanya.

"Terima kasih", Sooji mengucapkan dengan sangat pelan dan menundukkan kepalanya karena merasa terintimidasi dengan tatapan Harin yang masih mengarah kepadanya,  dia yakin Harin pasti juga mendengarnya.

Sooji berdesis sakit saat dagunya dicengkeram dengan kasar oleh Harin memaksakan kontak mata antara mereka, Sooji bisa melihat Harin tersenyum lembut kepadanya, namun itu hanya terjadi sekilas karena senyuman itu berubah menjadi seringaian licik yang Sooji yakini akan terjadi hal buruk berikutnya.

" Kamu lihat tubuh itu", Harin mendorong wajah Sooji agar melihat kearah mayat yang mulai mendingin itu. Seketika Sooji menyadari sesuatu, bagaimana jika ada yang tau jika ada yang terbunuh di apartemennya, tidak mungkin juga dia melaporkan ini kepada polisi, kemungkinan terbesar dirinyalah yang akan dituduh menjadi pembunuh bukan Harin walaupun mungkin juga dia bisa mengelak membela diri, namun tetap saja itu akan menghancurkan karirnya dan dia tak mau hal itu terjadi .

Sooji sedikit bersyukur dengan cctv yang sudah rusak beberapa hari ini.

Tanpa Sooji sadari Harin tersenyum miring sambil menatapnya, ketakutan akan menciptakan pikiran jahat yang tidak pernah terpikirkan akan muncul, Ketakutan bisa mengaburkan antara yang benar dan salah.

"Aku harus menghilangkannya", Tanpa sadar Sooji bergumam membuat Harin mengusap lembut pucuk kepalanya.

"Benar sekali Sooji, dia pantas mati dan kamu harus tetap menjadi idola. Jangan biarkan pria itu merusak semuanya", Harin berbisik lembut ke telinga Sooji dan meniupnya.

"Aku akan memutilasinya"....

Dan malam itu diisi dengan Sooji yang seperti kesetanan memotong motong tubuh pria itu dengan Harin yang duduk dengan bangga menonton Sooji yang putus asa seolah berubah menjadi monster, sesekali dia tertawa seolah itu hiburan yang menarik.

Dimata Harin gadis mungil itu terlihat semakin manis dan attraktif  saat berlumuran darah. Ingin rasanya Harin menikmati gadis itu, Harin menjilat bibirnya saat matanya tetap terarah kepada Sooji.

"Well, I'll give her a gift after this is over"

....

Well i got stressed before the exam... Gajadi salam perpisahan deh hahaha

I write to relieve stress












Devil's TortureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang