Rumah atau perpustakaan?

29 6 0
                                    

Selfi telah tiba di tempat di mana sang nenek menulis rute ke sebuah perpustakaan milik peninggalan keluarga Faul, sang keponakannya.

"Inikah tempat?... Tapi tempat ini terlihat seperti berpenghuni, apa ada yang menjaganya?... Hmm! Aku tidak melihat tempat ini terbengkalai.."

Selfi berjalan menuju pintu masuk namun belum sempat dia meraihnya, seseorang memegang pundaknya membuat jantung dia berdegup kencang, panik dan takut jadi satu.

"Allah... Siapa yang megang ini? Alamak, perasaan tadi sepi banget, gak ada orang sama sekali... Bundaa... Aku takut.." batinnya menjerit ketakutan.

Selfi memejamkan matanya dan berusaha untuk berlari pergi, tapi pegangannya sangat erat.

"A-ampun, sepuh... Saya tidak bermaksud mengganggu ketentraman anda, biarkan saya pergi, apabila saya memang mengganggu ketentraman anda.." lirihnya.

Tiba-tiba saja Selfi merasa merinding di tengkuk lehernya, ia benar-benar merasakan aura-aura negatif.

"Please!.." lirihnya memohon.

"Hai.."

Suara yang begitu terdengar menyeringai tepat berada di telinganya, Selfi menoleh dan...

"AAAAAA.." teriakan itu tak bisa tertahan.

"Shttt! Shttt! Shttt!.."

"AAAAAA.." teriakannya menjadi kencang, tapi sesaat dia tak merasakan kehadiran mahluk tadi, sepertinya sudah pergi.

Selfi perlahan membuka matanya, namun dia di kagetkan dengan wajah seseorang yang kini tengah memandangi dirinya, Selfi masuk kedalam matanya, terlihat apa yang di rasakan orang itu. Ada kebahagiaan, kesedihan, kerinduan yang tercampur aduk menjadi satu adonan.

"Bagaimana bisa???.." ujarnya seraya mendekati Selfi.

Dia menyentuh wajah Selfi walau tak terlalu menyentuhnya, Selfi? Gadis itu hanya diam saja tanpa penolakan, sampai akhirnya tersadar dan melangkah mundur.

"Ceppy.." lirihnya.

"Ceppy? Who's her?.."

"Kamu.."

"Aku?... No! Aku Selfi.."

"Iya, Ceppy.."

"Huftt! Dengar paman, aku Selfi... S E L F I.." Selfi mengeja namanya, agar dia mengerti.

"Iya, Ceppy.."

"Huftt! Sudahlah... Jadi gini, eh tidak... Apakah tadi paman yang menakut-nakuti ku?.." tudingnya.

"Tidak.."

"Bohong... Orang aku melihat jelas paman yang aku lihat sebelum aku berteriak tadi.."

"HuH! Baiklah, iya. Maafkan aku.." sesalnya.

"Aku? Kenapa paman berbicara formal padaku? Apa kita saling mengenal?.."

"Percaya atau tidak percaya, kamu mirip sekali dengan istriku.." serunya, Selfi menaikkan sebelah alisnya bingung, kemudian dia mengeluarkan kunci yang sebelumnya di berikan oleh sang bibi.

"Bagaimana itu bisa ada padamu?.." orang itu merebut kuncinya dan melihat dengan seksama.

"Ini kunci milik istriku... Bagaimana ini bisa denganmu? Dan kenapa wajah dan namamu bisa serupa? Apa kamu benar-benar Selfi yang aku kenal? Atau kamu hanyalah-.."

"Paman... Maaf, tapi ini kunci milikku... Bibiku yang memberikannya padaku... Dan soal wajah dan nam-.." ucapan Selfi terhenti, dia mendongakkan wajahnya menatap ke arah dia.

"Siapa anda?.."

"Saya?.."

"Saya Faul.."

"Fauz-.."

PANGGILAN CINTA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang