Kilas III: "Tekad dan Rasa"

277 33 14
                                    

Tinggal hitungan jam sampai pertemuan resmi antara pihak Kerajaan Lemuria dan pihak Kerajaan Atlantis dilaksanakan.

Selama itulah.

Terduduk dengan ekspresi sangat serius di balik sebuah meja kerja di sudut ruang Istana Lemuria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terduduk dengan ekspresi sangat serius di balik sebuah meja kerja di sudut ruang Istana Lemuria. Mark yang tak ingin membiarkan kesalahan sekecil apapun lolos dari hasil laporan yang baru saja ia tulis itu, benar-benar terus menggerakan sepasang manik obsidiannya untuk meneliti detail demi detail dari rangkaian kata formal, yang nantinya akan ia serahkan secara langsung pada Yang Mulia Raja Lemuria.

Karenanya.

Keseriusan Mark tersebut berhasil menarik minat Jaemin untuk tertawa geli dengan pelan. Tepat setelah Sang Dreamis Kedua Lemuria itu menutup pintu dihadapannya, yang telah berhasil ia masuki tanpa kendala apapun.

Yah, kecuali satu hal.

Tentu saja masih tentang sosok Mark khas dengan jubah Dreamis berwarna biru langit bercampur dongker miliknya. Yang sama sekali tak terusik dengan kehadiran Jaemin di ruang kerja yang diperuntukkan bagi mereka berdua tersebut. Sehingga membuat Jaemin merasa terkendala untuk melanjutkan langkahnya menuju ke meja kerjanya sendiri. Oleh karena dirinya yang telah berlabuh untuk mendekat pada Mark dengan mimik tidak habis pikir yang begitu kentara di wajahnya.

"Berhenti menatapi laporan di hadapanmu dengan ekspresi menggelikan seperti itu, Senior," ucap Jaemin sama sekali tidak tahan untuk tidak menyela kekonyolan Mark. "Aku tidak sekejam itu berniat menendangmu keluar dari menara Istana, meski kau membuat banyak kesalahan pada laporanmu sekalipun."

Tanpa menunggu Mark memberikan balasan. Jaemin kembali berkata di sela-sela sosoknya yang telah mendudukkan diri sedikit menyamping di sudut meja kerja Mark yang lenggang.

"Kejelian mataku bisa menyelamatkan nyawamu dari hukum gantung Istana. Jadi tidak perlu menyiksa diri sampai seperti itu."

Mark sendiri sebenarnya tahu bila Jaemin ingin membercandainya walau masih dengan aura sarkas khas miliknya. Namun, semua itu masih saja tak menyurutkan niat Mark untuk tetap meneliti laporan itu sesempurna mungkin.

"Hei, kau dengar aku?"

Tak hanya kembali berucap, Jaemin bahkan sudah merampas laporan hasil jerih payah Mark dengan garis wajah yang mulai melukiskan keiritasian tak terbantahkan, lantaran kesal merasa diabaikan oleh Mark secara terang-terangan.

"Aku dengar," balas Mark pada akhirnya, tak mengambil hati sikap Jaemin yang sedikit lancang.

"Lalu kenapa tidak berhenti?" tuntut Jaemin tidak sabar.

"Aku hanya tidak ingin membebanimu jika terlalu banyak kesalahan yang aku perbuat."

"..."

Dalam keadaan terdiam seketika, Jaemin hanya membiarkan begitu saja ketika Mark kembali mengambil lembaran kertas laporan dari tangannya secara perlahan.

Soulmate IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang