Kilas IX: "Anggur dan Madu"

236 35 6
                                    

Gesekan ujung pena yang senantiasa berseluncur dengan gesit di permukaan gulungan kertas berbahan dasar kayu amat tipis tersebut, setidaknya telah menjadi teman Mark untuk menghiasi sunyinya suasana ruang kerja miliknya dan Jaemin di Istana Lemuria ini. Sehingga malam berlatarkan sinar rembulan yang membias cerah pada kemilau bintang di sekelilingnya, sama sekali tidak disadari oleh Mark bila pergantian waktu akibat berputarnya Bumi itu, seakan menunjukan pada Mark bahwa dirinya telah menghabiskan waktu untuk berkerja nyaris seharian penuh lamanya.

Sungguh.

Setelah lirikan mata Mark memiliki kesempatan terjatuh pada penanda waktu yang tertempel di dinding. Di saat itulah Mark baru sadar bahwa ketidakpulangan dirinya menuju rumah kali ini, mungkin saja sudah dianggap oleh Sang Ayah alias Taeyong El Nerro sebagai pertanda bila dirinya akan bermalam di sini untuk kesekian kali.

Maka dari itu...

"Iyaaa! Kakak tidak pulang lagi kan malam ini?!"

Ketika suara cempreng dari Sunhee terdengar di pikiran Mark, sesaat setelah ia menghubungi adik tak sedarahnya itu melalui kemampuan Mu Telepati yang tersimpan pada Cincin Dreamis miliknya. Kini Mark hanya bisa menahan kekehan gelinya, di sela-sela bibirnya yang turut berucap untuk memberikan balasannya dengan segera pada Sunhee.

"Begitulah. Sampaikan pada Ayah untuk tidak perlu cemas pada perutku. Aku makan dengan baik di kantin Istana."

"Ooooke!"

Demikianlah balasan Sunhee bernada tak kalah panjang dari sebelumnya, yang menjadi akhir dari telepati antar keduanya. Sekaligus menjadi kesempatan bagi Mark untuk benar-benar memberi jeda pada apa yang sedang ia kerjakan saat ini, usai menyadari bila kondisi perutnya yang memang sudah keroncongan sejak beberapa menit lalu, sungguh tidak bisa tertolong lagi untuk ditunda-tunda lebih dari ini.

Tapi yah, mau bagaimana lagi.

Tinggal sedikit saja, apa yang sedang Mark kerjakan saat ini bisa diselesaikan. Dengan alasan semacam itu, Mark yang merupakan tipe akan mengerjakan segala sesuatunya sampai tuntas sebelum bersantai pun, kini benar-benar menghadapi dilema. Apakah dirinya tetap mengikuti kehausan dari rasa enggannya untuk menghentikan pekerjaan yang sebenarnya bisa ia selesaikan dengan sedikit waktu tambahan. Atau, menuruti kondisi perutnya yang semakin meronta hebat untuk segera diisi?

"Aish..."

Setelah berpikir keras sekian detik. Pada akhirnya pena yang tersemat di jemari Mark kembali menari. Sebagai pertanda bila sisi rajin dalam dirinya lagi-lagi memenangkan pertarungan untuk kesekian kali, dengan meminta perutnya bersabar sedikit lagi. Karena Mark merasa bisa menyelesaikannya lebih cepat dari perkiraan.

Yah, bagaimana pun, Mark tetaplah Mark.

Sungguh motto Mark yang selalu mengedepankan bekerja sampai tuntas baru rehat kemudian itu, sepertinya memang lumayan susah untuk dibalik.

"Kupikir kau akan benar-benar berhenti dan bergegas pergi untuk makan?"

DEG!

DEG!

DEG!

Astaga...

ASTAGA!

Jangan bilang—

Jangan bilang—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Soulmate IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang