Kilas XIII: "Pelukan dan Debaran"

209 33 13
                                    

"I-Itu, kami..."

Lantaran tak menemukan gerak-gerik dari Jaemin yang memiliki niatan untuk menjawab pertanyaan penuh nada kesal dari Mark barusan, pada akhirnya Jeno memasang badan dengan berkata.

"...sedang jalan-jalan...?"

"..."

"..."

"..."

Sungguh balasan penuh kebohongan nan kelewat lugu dari Jeno yang berhasil membuat Jaemin dan Mark terdiam sediam-diamnya seketika. Berbeda halnya dengan Haechan yang semakin menenggelamkan wajahnya pada tepukan telapak tangannya sendiri amat lelah, saking frustasinya ia dengan alasan di luar nalar macam apa yang bisa-bisanya terlontar dari mulut Jeno berbekal ekspresi tanpa dosa seperti itu.

Betapa tidak?

Dipikir Haechan dan Mark itu bocah apa sampai bisa-bisanya tertipu dengan alasan semacam itu?

Karenanya, Mark yang sama sekali tidak bisa menerima alasan amat tidak masuk akal dari Jeno barusan, yang jelas-jelas telah mengacaukan momen mesranya dengan Haechan yang belakangan ini jarang ia peroleh pun hendak meledak dalam amukannya. Andaikata Jaemin tidak dengan sigap langsung berbicara.

"'Jalan-jalan' ke Wilayah Fraksi Soule, maksudnya," lanjut Jaemin mengoreksi ucapan Jeno sebelumnya, lantaran merasa tidak tega juga pada Jeno yang jadinya harus berbohong karena dirinya. "Mana kami tahu kalau kalian juga ada di sini dan sedang—"

"..."

"..."

"..."

"..."

Ah, sudahlah.

Merasa hawa di sekitar mereka seketika terasa tidak mengenakan sama sekali. Jaemin lantas berdeham kecil untuk membersihkan tenggorokannya yang masih tersumbat oleh kecanggungan, demi menjernihkan pikirannya untuk membawa topik pembicaraan mereka berempat menuju ke arah yang lebih sepatutnya.

"Anggap saja kita tidak sengaja bertemu di sini," putus Jaemin setelahnya, meski secara realita memang itulah kenyataannya. "Hanya tebakanku, atau sebenarnya kalian berdua juga memiliki tujuan yang sama dengan kami?"

Mendapati sosok Jaemin yang mampu segera mengendalikan diri dengan tak membahas sama sekali adegan kegagalan Mark dalam mencium Haechan. Tentunya Haechan sendiri tak ingin menyia-nyiakan pengalihan topik lumayan brilian dari Jaemin tersebut dengan segera menutup mulut Mark yang terlihat hendak mengomel, kemudian diikuti bibirnya yang segera bersuara.

"Benar," balas Haechan sambil mendorong Mark sedikit ke belakang tubuhnya sendiri. "Karena sudah bertemu di sini. Aku pikir tidak ada salahnya kalau kita berempat masuk bersama-sama," lanjut Haechan dengan tudung jubah yang tak lagi menyembunyikan helaian surai pirangnya. "Itu pun kalau Tuan Xander tidak keberatan."

Dibandingkan Jaemin. Sebenarnya justru Mark dan Jeno lah yang secara diam-diam tidak setuju dalam hati. Sebab, jika mereka berempat memutuskan masuk ke Wilayah Fraksi Soule secara bersamaan, maka momen untuk berduaan dengan "pasangan" masing-masing akan menjadi hilang.

Tapi yah, karena sejatinya kehadiran mereka berempat di sini memang bukan untuk memadu kasih, apalagi sampai kepikiran melakukan kencan ganda. Maka Mark dan Jeno sama sekali tidak memprotes apapun ketika mendapati Jaemin mulai mengemukakan keputusannya setelah sempat terdiam beberapa menit.

"Bukan masalah besar," balas Jaemin tampak setuju. "Lagipula kita semua akan pergi bersama-sama ke Agartha di kemudian hari. Jadi tidak ada salahnya saling mengenal dan memperdalam pemahaman satu sama lain lebih awal."

Dengan demikian, senyum kelegaan terpatri di wajah Haechan seketika.

Betapa tidak?

Sungguh berbeda dengan sosok Jaemin di awal-awal pertemuan mereka yang terkesan agresif akibat status permusuhan antar kerajaan mereka. Rupanya Jaemin lumayan kooperatif dan berpikiran terbuka jika sudah menjadi rekan.

Soulmate IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang