Natanael bentala arsaka, laki laki yang nakal tetapi sangat pintar. namun, dirinya tidak pernah merasakan kebahagiaan dari keluarga. tumbuh sendiri, tanpa seorang ayah ataupun ibu.
Tetapi Natan tidak mempermasalah kan hal itu, mau ada atau tidak ada...
Natan menikmati jalan yang sepi itu, hanya ada 2 atau 4 kendaraan yang lewat, menikmati angin bandung yang begitu sejuk.
Natan memelankan kecepatan motor nya ketika melihat seorang wanita yang duduk di halte bus yang jarak nya tidak pala jauh dengan Natan.
Motor nya berhenti ketika sudah hampir dekat dengan wanita itu, membuka pengait helm nya lalu meletakkan nya di atas motor. Dirinya diam pandangan nya terus tertuju kepada wanita itu, rasa sesak menghampiri nya momen momen indah nya dulu, berkeliaran di kepala nya.
Natan tak percaya dengan apa yang dilihat nya sekarang, sosok wanita yang selama ini ia rindukan ada di depan matanya sendiri entah itu hanya sebuah halusinasi karna rindu yang sangat melekat atau memang itu ada ibunya. Namun, rindu Natan sedikit terobati ketika melihat wajah itu lagi, ingin sekali rasanya memeluk tubuh itu lagi namun keinginan nya itu ia urungkan, ia mengingat hal itu kembali, ia mengingat tulisan tulisan di kertas itu, terbayang jelas sakit nya di mana dirinya di katakan bukan anak kandung dari kedua orang tua nya sekarang. Natan tidak mau kecewa dengan ekspektasi nya sendiri.
Memakai helm nya kembali, menyala kan motor nya tadi. Natan melajukan motor nya melewati seseorang tadi, tak melihat ke arah itu sekalipun.
Pikiran nya kacau, rasa sesak tadi masih terus bersamanya, buliran air mata turun perlahan, tak tahu ke mana arah tujuan. Natan terus menancapkan gas motor nya.
tok tok tok
"iya sebentar." wanita itu berlari ke arah pintu lalu membuka nya.
Matanya membelalak dan tak berkedip selama beberapa detik. Wajah nya membeku melihat yang ada di depan matanya saat ini.
"loh den, kenapa bisa kaya gini?." Kaget nya melihat seluruh tubuh Natan banya memar dan goresan" kecil. Natan tidak memakai baju berlengan panjang jadi luka di tangan nya terlihat begitu banya.
Natan diam, pandangan nya kabur beberapa detik setelah nya ...
"DEN, DEN NATAN." Teriak mba Wina panik. kepala Natan terjatuh di pundak nya. Tak kuat menopang tubuh laki laki itu, mba Wina mundur sedikit demi sedikit agar sampai di sofa.
Meletakkan tubuh laki laki itu dengan perlahan, melepaskan kedua sepatu nya lalu setelah itu mengambil kotak p3k untuk mengobati luka di tubuh Natan.
FLASHBACK OFF
Note : ini lanjutan part 4, kalau lupa sama alur di part 4, silahkan di baca ulang yaa😉
Di sepanjang jalan, terasa sangat begitu senyap, tak ada satu kata yang keluar dari mulut keduanya, hanya suara suara kendaran lain yang terdengar di telinga mereka. Masing masing fokus dengan perjalanan nya tapi tidak dengan isi pikiran kedua nya.
Devan yang di kenal begitu receh dengan segala rumor nya kini diam tak bergeming sedikit pun. Berada di belakang Natan jarak antara kedua nya pun sedikit jauh. kecewa dengan teman nya itu, tapi dia lebih kecewa dengan dirinya sendiri, tak pernah berguna untuk orang terdekatnya.
Sekarang sudah pukul 04:15, kedua nya sudah 2 jam lebih berada di pantai tadi.
Keduanya berhenti karna lampu berwarna merah, bersamping sampingan namun tak ada kata yang keluar.
Jalan menuju rumah Natan dan Devan berbeda, Natan lurus sedangkan Devan berbelok ke arah kiri. Di sinilah keduanya terakhir bertemu tak lagi berkendara beriringan.
Selepas dari pantai tadi, Natan tidak langsung kembali kerumah nya, ia menjalankan motor nya terus untuk mengelilingi Kota Bandung.
Tubuh nya masih berbalut seragam sekolah, hanya saja memakai baju kaos berwarna hitam yang ntah di ke mana kan baju seragam sekolah nya itu.
Langit Kota Bandung sedikit gelap, jalanan mulai sepi, udara nya sangat begitu dingin namun, Natan tidak memperdulikan hal itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bandung - 04:48WIB
Natan terus menjalankan motor nya hingga pada beberapa menit kemudian benda yang ada di saku celana nya bergetar.
Natan perlahan meminggirkan motor nya agar berada di pinggir jalan. Mengambil handphone yang ada di saku nya.
"ngapain afka nelpon gue." gumam nya ketika melihat nama yang ada di panggilan telpon tersebut
"halo ka, kenapa lo nelpon gue?" ucap nya setelah menggangkat telpon dari afka.
afka dari sebrang sana hanya diam saja malu baginya untuk mengatakan hal ini.
"halo?." panggil Natan kala tak mendengar suara dari sebrang sana.
"nanti gue nebeng sama lo."
mulut Natan ternganga ia terkejut, kenapa tumben sekali seorang zafka menumpang dengan orang?
"ha?, motor lo ke mana rupanya?."
"di sita bokap."
"kok bisa?." tanya nya sedikit ngegas
"banyak tanyak lo."
"jemput gue nanti."
"halo? halo? afka?"
"gajelas anjir, tiba² asal matikan." gerutu nya.
Natan melihat jam di handphone nya, sekarang sudah jam 04:52 melihat langit semakin gelap, Natan memutar balikan motor nya berniat untuk pulang.
"mba, mba Wina." panggil nya berulang kali, karna tak melihat ada orang di dalam rumah nya ini.
"saya di belakang den." saut seseorang dari belakang.
"mba ngapain?" tanya nya seraya menuju mba Wina berada
"ini mba beli kelinci tadi, mba sepi dirumah sendirian jadinya ya beli kelinci biar ada temen nya." jawab mba Wina sambil memberikan kelinci itu makan.
"gapapa kan den?." tanya nya melihat ke atas, karna Natan berdiri sedangkan dirinya duduk.
"iya gapapa mba, mau bawa harimau sekalian pun gapapa."
"eh jangan dong, yang ada mba dimakan sama harimau nya."
kedua nya tertawa dengan lelucon yang biasa biasa saja itu.
"yaudah deh mba, Natan mau mandi." pungkas nya
"iya den, sana mandi bau banget soalnya." ledek mba Wina dengan menutup hidung nya.
Natan langsung mencium baju nya, mencoba untuk membuktikan perkataan mba Wina.
"Natan wangi gini dibilang bau." ucap laki laki itu dengan bibir yang melengkung ke bawah.
Natan melenggang pergi dari situ, memasuki kamar nya dan mulai membersihkan diri.
Terimakasih sudah mau bertahan sampai siniii, tunggu yaa untuk part selanjutnya!😍