Suara deburan ombak terdengar nyaring. Aroma khas air laut tercium begitu kuat. Embusan udara dingin menusuk tulang, kicauan burung-burung yang terbang seiringan, seakan memberi pujian atas indah nya garis pantai. Langit jingga pun perlahan memancarkan keindahannya.ohh sungguh sangat memanjakan mata siapapun.
mereka berdua duduk pinggiran pantai, tidak peduli jika nanti nya akan basah.
"berarti akhir akhir ini, lo setiap balik dari sekolah selalu kesini nat. makanya lo ga pernah di rumah pas siang?." tanya Devan, ia menatap Natan yang memandang deburan ombak itu.
"engga, gue kesini seminggu sekali doang."
"wajib?."
"iya." jawab nya tanpa menoleh ke arah devan yang sedang menatap nya.
"alasan lo?." Devan masih setia menatap Natan.
Natan mengalihkan pandangan nya, membalas tatapan dari Devan. lalu setelahnya dia memandang ke arah laut.
"karna, dengan cara melihat laut gue bisa ngehilangin rasa rindu ini." ucap nya pelan.
"rindu sama orang tua lo maksudnya?." Devan mengerut kening nya, ia begitu bingung dengan apa yang di katakan Natan.
"iya."
"lo ga ada niatan mau nyari ayah sma bunda lo?." tanya nya.
Natan menunduk kan kepala nya
"percuma, hasilnya nihil""setiap tahun gue selalu nyari, tapi ga pernah ketemu.Gue juga udah mulai terbiasa tanpa ada nya sosok ayah dan ibu, toh dari bayi gue juga ga punya ayah sama ibu." Natan menarik nafas nya dalam, sangat begitu sesak rasanya. dia mengangkat pandangan nya, melihat lautan yang sangat begitu luas.
"gue bingung mau sedih atau bahagia, di satu sisi bahagia nya gue itu, karena ada orang baik yang mau jadiin gue anak nya tapi ternyata itu cuman sementara. Namun, gue sangat amat bersyukur, gara gara itu gue bisa ngerasain rasanya di rawat oleh sosok 'orang tua' walau cuman 12 tahun setengah. Dan kembali lagi merasakan tidak ada nya ibu atau ayah di saat perkembangan masa remaja gue. Sedih nya gue, karena harus merasakan hal itu lagi. Hidup tanpa orang tua, kalau dulu orang tua gue itu ibu panti, sekarang asisten di rumah gue. Banya kan Van orang tua gue." Natan tersenyum getir dia memalingkan wajah nya, agar Devan tidak tau bahwa dirinya saat ini menangis.
kecewa, marah, rindu, sedih itu semua di rasakan oleh Natan saat ini.
Sesak di dada menghimpit, mulut nya seakan terkunci sangat kuat. Tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Devan juga mengalihkan pandangan nya ia begitu kecewa dengan diri nya sendiri, kemana saja dia sampai tidak tau bahwa ternyata se sakit itu yang di rasakan Natan selama bertahun tahun. Bodoh nya dia selama ini mengira bahwa Natan baik baik saja, karna dirinya tidak pernah mengeluh sedikit pun kepada teman teman nya itu.
masih pantas gue disebut sahabat sama lo nat. batin nya
di dalam jiwa yang kuat, terdapat batin yang tersiksa. -Askara devano
"maaf, kalau gue selama ini bohong sama kalian. Maaf, karna gue ga pernah cerita sama kalian ...." ucap Natan tanpa melihat ke arah devan.
"gue diam karena gue tau,
bahwa semua orang punya luka. Dan gue gamau nambah luka itu." batin nyasegini dulu ya manteman
SEMOGAA SUKAAA
![](https://img.wattpad.com/cover/368216398-288-k308422.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi dan Ratu nya
Teen FictionNatanael bentala arsaka, laki laki yang nakal tetapi sangat pintar. namun, dirinya tidak pernah merasakan kebahagiaan dari keluarga. tumbuh sendiri, tanpa seorang ayah ataupun ibu. Tetapi Natan tidak mempermasalah kan hal itu, mau ada atau tidak ada...