Bab 5 [Digendong]

18 4 0
                                    

"HAHH!!"

Ishika menutup telinganya, teriakan Kalela dan Giana sangat mengganggu Ishika yang sedang menceritakan bagaimana Nevan bisa peduli dengannya barusan. Kedua gadis itu membrondonginya dengan pertanyaan yang tak kunjung usai di tanyakan. Banyak sekali, sampai Ishika harus menceritakan kronologi kejadian pertemuan tak terduganya dengan Nevan kemarin sore.

"Sssttttt...."

Siswa siswi yang menghuni UKS mendesis mendengar teriakan Kalela dan Giana. Ishika segera meminta maaf kepada penghuni UKS, kemudian memukul temannya satu persatu.

"Jangan berisik!" Timpal Ishika jengkel.

Kalela terkekeh, "Kok bisa sih?" Ishika mengangkat bahu tidak tahu.

"Lo gak nanya kenapa dia bisa pindah kesana?" Tanya Giana penasaran.

Ishika menggeleng ragu. Tidak mungkin kan dia menceritakan apa yang diceritakan mamanya kepada teman-temannya ini. Lagipula, Nevan belum menceritakannya langsung, ia akan menunggu sampai Nevan bercerita. Saat ini, Ishika harus berpura-pura polos, beruntung dirinya hanya berbicara jika perlu saja.

Pintu UKS terbuka, memperlihatkan Nevan yang datang membawa somay dan minuman hangat. Kedatangan pria itu membuat Kalela dan Giana tidak bisa melemparkan pertanyaan lagi. Lain dengan Ishika yang mengerutkan dahi bingung, ia pikir Nevan hanya mengantar dirinya saja barusan lalu pergi.

"Ngapain lo?"

Nevan menyodorkan makanan yang dibawa. "Lo lapar kan?"

Ishika menggeleng, "Lo bilang tadi lapar sampai ninggalin temen-temen lo" lanjut Nevan sarkas.

Kalela dan Giana mengangguk, berbeda dengan Ishika yang menggeleng. "Sekarang engga" Semenjak kakak kelasnya memarahi Ishika, mendadak lambungnya terasa penuh kembali. Ishika tidak merasa lapar lagi sekarang.

"Ya udah gue tinggalin disini.." Nevan meletakkan makanan itu diatas meja nakas. Segera dirinya menjauh dan duduk di salah satu kursi yang ada disana.

"Lo gak sekalian pergi?"

Kalela menghela napas mendengar penuturan Ishika, "Udah kali, Ka... biarin aja. Toh kalo gak ada dia barusan lo bisa bonyok juga sama tu cowok di kantin"

Ishika menatap Nevan dengan tatapan jengkel. Meskipun, barusan pria itu sudah menolongnya, tetap saja yang terbayang adalah sikap tidak peduli dari Nevan. Dimana pria itu tidak pernah meminta persetujuannya sedikitpun untuk melakukan sesuatu.

Giana mendesis dan menolehkan kepalanya kepada Nevan, "Ishika bilang kamu sekomplek sama dia?"

Nevan melirik lalu mengangguk pelan. "Nanti pulang lo bisa anter dia sekalian kan?"

Ishika memukul Giana, "Gak.. gue pulang sendiri!"

"Bisa"

Netra Ishika menatap nyalang kearah Nevan. Gadis itu berdecak tak suka. "Lo juga apa-apaan si, Gi" Sikap Giana yang kadang suka seenaknya itu kadang membuat Ishika naik darah. Tapi, apa yang bisa dia lakukan, jalan saja kesulitan.

"Lo beneran lagi, Haid kah, Ka?" Timpal Kalela. Berusaha mengalihkan kekesalan gadis itu dari Giana yang keras kepalanya bukan main.

"Pake nanya!"

Kalela tertawa kecil. "Gue mau ke kelas ya, bentar lagi pelajaran Bu Tina. Takut gue" Gadis itu merapikan roknya dan berdiri, "Lo ikut, Gi?"

Giana melirik sekilas, lalu ikut berdiri, "Gue ikut"

Tanpa menunggu persetujuan Ishika, kedua gadis itu pergi dari UKS. Meninggalkan Ishika, Nevan dan beberapa anak yang sedang sakit disana. Hening beberapa menit sampai Nevan membuka pembicaraan.

Terukir Cinta Dalam Sanjungan KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang