Ishika duduk di depan ruang rawat inap. Ia menunduk sambil menautkan jemarinya gugup. Mira sedang menemani Giana, berbicara dengan orang tuanya tentang kondisi dirinya dan Ganesh. Sementara saat ini, Ishika tengah duduk berdampingan dengan Papa Nevan.
"Jadi, olimpiade apa yang kamu ikuti?"
Ishika tersentak kaget, "O..oh.. Fisika dan Kimia, Om"
"Tahun ini ikut lagi?"
Ishika mengangguk, "Tahun terakhir, bulan depan saya olimpiade..."
Pramudita mengangguk, "Papa kamu?"
"Om nanya Papa saja kerja apa atau Papa saya dimana?"
Pramudita melirik Ishika, "Papa kamu Dimana? Kamu kemari hanya sama Mamamu?" Ishika terdiam, raut wajahnya berubah sendu.
"Papa saya sudah meninggal, Om. Begitupun Kakak saya. Sejauh ini saya tinggal hanya sama Mama di rumah.."
Berganti, kali ini Pramudita yang terdiam kaku. Dalam lubuk hatinya sedikit merasa bersalah menanyakan hal sensitive seperti itu. Tapi, gengsi untuk meminta maaf. Toh ia memang ingin berbincang mengenai Nevan dengan gadis ini. Barusan hanya basa basi yang tidak terduga.
"Kamu tau apa yang terjadi dengan saya dan Nevan?"
Ishika menatap Pramudita dengan raut bertanya. "Untuk apa?"
Pramudita melirik Ishika. "Apa?"
"Untuk apa saya tahu? Saya gak ada hak untuk mencampuri urusan keluarga, Om.. Nevan tidak menceritakan apa-apa. Sejak terakhir kali Om menemui kita berdua di depan Café. Nevan jadi lebih menjaga jarak dengan temannya di sekolah.. Saya menghargai keputusan itu.. Tapi, tidak dengan luka-luka di wajahnya, Om"
"Kamu menuduh saya yang memukuli anak saya?"
"Tidak.." Jawab Ishika dengan tenang, "Menuduh bukan keahlian saya, Om. Saya dan keluarga hidup dalam kesederhanaan, kejujuran, dan kepedulian. Papa saya yang mengajari itu. Kita tidak pernah ikut campur urusan orang lain, jujur dan terbuka satu sama lain, dan menunjukkan kepedulian pada sesama yang membutuhkan.." Ishika menelan ludahnya.
"Saya dan Mama tidak pernah mengingkari hal tersebut, terlebih ketika Papa saya meninggal. Saya jadi tahu dan lebih menghargai ajaran tersebut.."
Ishika terdiam lama, begitupun Pramudita yang ikut terdiam tanpa menyela sedikitpun ucapan Ishika. Keduanya menoleh bersamaan saat seorang perawat memanggil salah satu dari mereka.
"Wali dari Nevan?"
Pramudita segera berdiri, "Saya, sus. Ada apa?"
"Saudara Nevan sudah sadar, beliau ingin bertemu.."
Pramudita bergegas masuk, tapi sebelum itu ia menatap Ishika lagi, "Pulanglah, ini sudah malam" Tanpa menunggu jawaban dari Ishika, pria itu langsung pergi ke dalam ruang rawat.
Lima menit sesudahnya Mira datang, dia duduk di sebelah Ishika yang terdiam.
"Kamu gak papa?"
Ishika mengangguk dan tersenyum canggung, "Gak papa, Ma. Ngomong-ngomong Giana dan Bang Ganesh gimana?"
"Mereka baik, Ganesh patah kaki dan tangan sebelah kanan. Tapi, dia sedang istirahat tadi.."
"Om dan Tante?"
"Mereka akan pulang nanti malam dan sampai besok siang.. Sekarang kita pulang dulu ya. Tadi pembantu yang bekerja di tempat Giana datang untuk mengecek.., jadi mereka sudah ada yang jaga..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terukir Cinta Dalam Sanjungan Kata
Teen FictionIshika bertemu dengan anak bernama Nevan di sekolah. Anak pindahan yang misterius dan ditakuti oleh siswa-siswi di sekolahnya. Alih-alih berpikir kalau Nevan menakutkan, Ishika lebih yakin lagi kalau anak baru itu hanya merasa kesepian. Bahkan tata...