Hari Rabu adalah hari yang menyebalkan bagi Ishika, selain pelajaran Bahasa Indonesia, yang tugasnya dikerjakan mati-matian kemarin di rumah Giana. Pelajaran Olahraga jadi alasan lain bagi Ishika untuk tidak menyukai hari ini.
"Tugas Indonesia dah lo kumpulin?" Tanya Kalela sambil mengganti bajunya.
Giana mengangguk, lalu duduk sebentar di kursi ruang ganti. "Gue masih ngantuk," Ishika mengangguk, mengiyakan ucapan Giana soal kondisinya saat ini.
Semua begadang sampai jam 12 malam hanya untuk menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia pemberian Pak Faza. Setelah mengabari akan dikoreksi bersama hari ini, rupanya pria itu malah terserang demam dan izin kepada sekolah. Sehingga, tugasnya dikumpulkan saja di mejanya.
Ishika mengikat tali sepatunya, "Kalau berpasangan gue sama Anwar lagi?"
Giana melirik Ishika, lalu menepuk bahunya, "Emang dia mau sama gue? Kalau bukan karena Bu Tina nyuruh dia duduk sama gue, udah pasti gue duduk sama Kalela kan?"
"Wah, mulut lo, Gi. Gue berasa diperebutkan disini..." Giana memutar bola matanya malas.
"Karena Cuma lo yang bisa nyontek.. Ishika mana mau nyontekin mata pelajaran itung-itungan ke kita"
Kalela menjentikkan jarinya. "Bener banget, gue duduk sama dia apes terus. Ga ada celah buat di conteknya!"
Mendengar kedua temannya yang mengeluh membuat Ishika berdecak malas. Tapi, tak berselang lama ketiganya tertawa renyah. Ishika memang pandai dalam hal berhitung, karena bagi dia jawaban itung-itungan itu tidak bisa dirubah alias pasti. Beda dengan Bahasa Indonesia yang masih bisa diputar kata-katanya.
"Tak.. Tak.."
"Woii!! Pak Gilang dah pemanasan di lapangan!!"
Seruan dari anak perempuan itu membuat Kalela dan Ishika menoleh. Lalu berjalan cepat kearah pintu. Giana kelabakan karena belum mengganti seragam, lantas dia menatap cemas kearah temannya.
"Kalian gak akan ninggalin gue kan? Gue baru aja dateng habis nganterin tugas.."
Ishika menatap Giana sebentar lalu memilih untuk keluar lebih dulu. Kalela tertawa canggung, "Gue milih duluan karena kalau terlambat Pak Gilang bakalan nyuruh gue lari di lapangan"
Giana memandang kedua temannya tak percaya, "Setan lo berdua! Wah!"
***
Pak Gilang memafkan keterlambatan Ishika dan Kalela. Ia menyuruh keduanya untuk segera pemanasan. Kemudian, pria itu menghampiri seorang anak laki-laki yang berdiri di belakangnya. Ishika baru menyadari keberadaan sosok itu ketika Kalela mengajaknya berbicara.
"Wahhh.. Ngapain tuh jagoan disini?"
Ishika menatap pria yang kemarin ditemuinya di kantin. Wajahnya jauh lebih segar dari kemarin, "Gak tau, tanya aja coba"
Kalela bergidik ngeri, "Ogah gue, mukanya nyeremin gitu.. Gak kayak anak bandel disini yang mukanya konyol-konyol.."
"Lo ngatain gue konyol, La?"
Kalela dan Ishika menyingkir saat seorang pria muncul diantara keduanya. Wajahnya yang tersenyum menatap kedua gadis itu bergantian.
"Lo ngaku kalo lo anak bandel?"
Anwar menghela napasnya, "Ngapain gak ngaku, orang guru-guru disini aja dah tau kelakuan gue"
Kalela mendorong kepala Anwar menjauh. "Sana lo.. pomed lo baunya murahan.." Kalela sengaja mengatakan hal tersebut untuk menghentikan bualan Anwar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terukir Cinta Dalam Sanjungan Kata
Teen FictionIshika bertemu dengan anak bernama Nevan di sekolah. Anak pindahan yang misterius dan ditakuti oleh siswa-siswi di sekolahnya. Alih-alih berpikir kalau Nevan menakutkan, Ishika lebih yakin lagi kalau anak baru itu hanya merasa kesepian. Bahkan tata...