Sudah berjalan satu minggu dan kehidupan Ishika berubah 180 derajat. Nevan selalu sigap untuk mengantar dan menjemput dirinya. Kalela dan Giana pun menganggap Nevan teman dekat sekarang. Meskipun Nevan hanya menanggapi kedua gadis itu dengan tatapan dinginnya.
Selama seminggu ini Ishika menyadari, kalau Nevan memiliki kakak perempuan yang tinggal dan menikah di luar negeri. Pria itu menyukai kue wortel buatan ibunya, suka jogging pagi, dan kurang dekat dengan Papanya. Untuk yang terakhir itu Ishika tidak menanyakan lebih jauh, ia paham batasan privasi yang dimiliki Nevan.
Seperti hari ini, Nevan mengajaknya jogging pagi di sekitar komplek. Ishika yang tidak pernah bangun pagi ketika weekend kelabakan bukan main. Gadis itu menyusun banyak alasan untuk menolak ajakan Nevan, tapi pria itu selalu saja menemukan celah untuk mengejeknya.
"Biar gue gendong kalau kecapekan"
"Habis itu kita makan kue oke?"
"Kalau hampir jatuh gue pegangin"
Ishika yang tidak suka di remehkan merasa kalau Nevan meledeknya habis-habisan. Berbanding terbalik dengan Nevan yang serius mengatakan demikian. Setidaknya bagi pria itu, ajakan yang dia berikan adalah bentuk perhatian. Nevan selalu mengutarakan dugaan-dugaan yang akan terjadi kepada Ishika. Ia takut kalau gadis itu malah overthingking sebelum melakukan aktivitasnya. Makanya ia sering membujuk Ishika. Namun, perbedaan jalan pikir keduanya memangsedikit tidak terkendali, sehingga sulit menemukan titik terang.
Minggu itu, Ishika menguap lebar-lebar, berdiri di depan gerbang rumahnya. Ia menunggu Nevan yang sedang memakai sepatu. Kelihatan dari tempat dirinya berdiri, temannya itu memakan jaket parasut abu yang dipadukan dengan celana panjang dan sepatu kets yang kelihatan mahal. Nevan nampak segar pagi ini. Sangat berbeda dengan Ishika yang di kuncir asal-asalan dengan wajah suntuk bukan main.
"Ayo.."
Ishika mendekat dan menatap Nevan agak sayu. Begadang untuk mengerjakan tugas Fisika bukan hal yang bagus rupanya.
"Masih ngantuk?" Tanya Nevan memegang kepala Ishika. Gadis itu mengangguk-angguk, tidak menolak sentuhan Nevan karena terlalu mengantuk untuk mengajak pria itu berdebat.
"Jalan dulu biar seger" Ujar Nevan meregangkan tangannya. Melirik Ishika yang mengangguk-angguk.
Di dekat komplek perumahan mereka ada sebuah taman. Tidak terlalu ramai, karena tidak banyak anak kecil di sekitar sini. Mungkin hanya beberapa rumah saja yang memiliki anak kecil. Sehingga menurut Nevan, menghabiskan waktu di tempat sepi memang cocok sekali disini. Pria itu, melirik Ishika yang duduk di kursi taman.
"Gue lari muter sini bentar ya"
"Oke"
Perlahan-lahan nyawa Ishika terkumpul, tapi niatnya untuk lari belum ada sama sekali. Setibanya di taman, ia malah duduk dan menatap Nevan yang berlarian. Entah sudah berapa putaran sampai Ishika sadar kalau penjual siomay di sebelahnya memancing untuk dibeli.
"A.. beli delapan ribu siomay sama kentang ya.."
Penjual siomay sumringah, lalu menyiapkan pesanan Ishika. Menyerahkannya kemudian segera pergi dari sana.
"Emang niatnya mancing gue aja biar beli.." Gerutu Ishika sambil mengunyah siomay yang baru dibeli. Gadis itu menatap Nevan, entah sudah berlari berapa putaran dan pria itu nampak tidak lelah sedikitpun. Kedua mata mereka bertemu saat itu. Nevan tertawa lalu mendekat kearah Ishika.
"Gue ngajak lari pagi, lo malah kulineran.." Ejek Nevan mengambil botol minum di sebelah Ishika. Lantas duduk disebelah Ishika dan menatap gadis yang sibuk mengunyah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terukir Cinta Dalam Sanjungan Kata
Roman pour AdolescentsIshika bertemu dengan anak bernama Nevan di sekolah. Anak pindahan yang misterius dan ditakuti oleh siswa-siswi di sekolahnya. Alih-alih berpikir kalau Nevan menakutkan, Ishika lebih yakin lagi kalau anak baru itu hanya merasa kesepian. Bahkan tata...