Ishika mendengar deru motor Nevan dari depan rumahnya. Gadis itu menyibak sedikit tirai ruang tamunya. Lalu menatap motor pria itu yang melaju keluar komplek. Tak lama Ishika menghela napas, mau bertanya pada Mamanya pun sulit. Wanita itu tau batasan privasi, tidak seperti ibu-ibu komplek yang suka ngobrolin gosip-gosip prahara rumah tangga atau sinetron.
Ishika membuka bukunya, berusaha untuk tidak memikirkan Nevan. Gadis itu, sengaja duduk dan belajar di ruang tamu. Karena, rasanya sangat panas di kamarnya sendiri. Kebetulan sepulang sekolah Bu Tina juga memanggilnya, membahas mengenai Olimpiade yang akan diadakan sebulan lagi. Ishika yang sudah terbiasa mengikuti Olimpiade setiap tahunnya kembali ikut di tahun ini. Sebagai tahun terakhir dirinya mengikuti Olimpiade, tentunya guru-guru tidak akan menyia-nyiakan kesempatan di depan mata mereka.
Tapi, tetap saja pikirannya terus kembali kepada Nevan. Apa yang dilakukan pria itu malam hari? Apakah terjadi sesuatu dengannya dan sang Papa, sampai harus keluar di malam hari begini? Ia tidak mengerti kenapa hari ini atensi nya selalu beralih pada Nevan. Diganggu terus, Ishika kesal. Tidak diganggu, Ishika kebingungan. Seperti sesuatu hilang dari dalam dirinya.
Dua puluh menit setelah kepergian Nevan. Terlihat Pramudita yang keluar dari rumah dengan tergesa-gesa. Memegang ponsel dan berlari kecil, seolah-olah telah terjadi sesuatu yang buruk. Gadis itu, Ishika berusaha untuk mengalihkan pikirannya sendiri. mengusahakan otaknya untuk tetap fokus pada buku yang sedang dia pelajari.
Ponselnya bergetar, menampilkan nama kontak Giana disana. Tumben sekali, temannya itu menelpon. Gadis itu, hanya menelpon ketika keadaan sedang dalam darurat. Oleh karenanya Ishika aki nada sesuatu yang terjadi saat ini dan temannya itu membutuhkan dirinya.
"Hallo?"
"Hallo, Ka"
Suara Giana terdengar parau. Ada keributan dari sebrang telepon. Ishika terduduk dengan tegap.
"Kenapa, Na? Kok ramai banget.. Lo gak papa kan?"
"To.. Tolongin gue, Ka.. Gue butuh bantuan"
Ishika berdiri, "Kenapa? Lo dimana?"
Mira keluar dari kamar, ketika Ishika berteriak panik. Wanita itu mendekat dan menatap putrinya, "Ada apa, Ka? Kok teriak-teriak?"
"Gue di Rumah Sakit. Bokap Nyokap ke luar negeri... Abang gue kecelakaan.."
Ishika menatap mata Mira, ia mengangguk-angguk "O..oke, sharelock rumah sakitnya.. Gue kesana.."
Mira membrondongi Ishika dengan banyak pertanyaan. Gadis itu berusaha secepat mungkin menjelaskan apa yang terjadi pada temannya. Sama paniknya, Mira meminta Ishika segera bersiap.
"Kamu siap-siap, Mama ikut sama kamu... Kasihan Giana sendirian disana.."
"Mama gak usah ikut di rumah aja"
Mira memukul lengan Ishika "Kamu masih 17 tahun, masa iya Mama biarin kamu sendirian kesana!" Kesalnya lantas segera mengambil jaket.
"Pesan Ojol buruan!"
***
Keadaan rumah sakit sangat ramai. Ishika tidak bisa menemukan Giana, gadis itu menggandeng Mamanya yang sedang menanyakan Giana kepada resepsionis. Ketika netranya melihat jaket Giana yang familiar dimatanya, lantas Ishika berlari mendekat. Temannya itu duduk di depan pintu UGD. Menangkup wajahnya dengan tangan yang gemetar tak terkendali.
"Gii.." Panggil Ishika.
Temannya itu mendongak. Inilah sisi lemah Giana yang sesungguhnya, ketika sesuatu terjadi oleh anggota keluarganya, gadis itu akan sangat-sangat tertekan secara mental. Ia akan gemetar hebat dan panic attack nya kambuh. Ishika mengenal Giana sejak SMP. Oleh karena itu, ia sangat tahu kebutuhan temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terukir Cinta Dalam Sanjungan Kata
Подростковая литератураIshika bertemu dengan anak bernama Nevan di sekolah. Anak pindahan yang misterius dan ditakuti oleh siswa-siswi di sekolahnya. Alih-alih berpikir kalau Nevan menakutkan, Ishika lebih yakin lagi kalau anak baru itu hanya merasa kesepian. Bahkan tata...