Hiruk pikuk ibu kota Korea, seoul menciptakan kebisingan keseluru penjuru kota. Langka terburu-buru dari pejalan kaki. Kendaraan yang melaju rapi di jalurnya masing-masing.
Di kota dengan style dan mode yang begitu beragam membuat trotoar jalan bak karpet merah dimana para model berjalan dengan bangga. Kesibukan mengambil alih pikiran setiap orang namun seorang wanita nampak memiliki waktunya sendiri. Berjalan dengan santai jauh dari kesan terburu-buru.
Dengan mengenakan headphone ia melangkah dengan riang menuju halte bus. Begitu sampai di halte iya duduk di kursi menunggu kedatangan bus.
Kim Jiwon wanita pemilik mata boba, dengan tubuh ramping, rambut hitam legam yang panjang hingga pinggang, berumur 25 tahun itu hendak menuju Distrik Mapo untuk wawancara kerja. Sesekali ia merapikan rambutnya serta jas berwarna merah mudah yang terlihat sedikit usang yang berada dibalik mantel tebal.
Sesekali ia tersenyum ketika melihat email untuk wawancara kerja yang ia Terima kemarin. Mimpinya untuk menjadi presenter akan semakin dekat.
Saat bus berhenti di depannya Jiwon bergegas untuk naik. Ia menempelkan kartu bus lebih dulu kemudian duduk di dekat Jendela, menikmati jalanan kota Seoul. Entah mengapa Jiwon sangat menyukai pemandangan gedung-gedung yang menjulang tinggi.
Besar harapannya untuk bisa lolos kali ini. Dengan begitu dia bisa membayar biaya apartemen nya dan berhenti bekerja paruh waktu yang membuatnya tersiksa.
Sekali lagi ia menatap keluar, matanya menyipit ketika melihat salju pertama mulai turun. Ia mengeratkan pegangannya pada ujung mantel. Musim dingin telah tiba.
❃.✮:▹ ◃:✮.❃
"
Kita tidak bisa memproduksi drama ini!" ujar PD sambil meletakkan secara kasar naska ke meja.
"Kau yakin? Ini akan menjadi drama yang mampu mencetak rekor rating," Pungkas lelaki berpenampilan urakan.
"Ini terlalu klise. Sudah banyak drama dengan alur seperti ini!. Bahkan naska mu semakin terlihat buruk dari waktu ke waktu! Kau pikir ini tahun 2014?!"
Mata lelaki itu menatap nyalang PD yang mengkritik karyanya"Soo Hyun dengarkan aku! Berhenti mengikuti karya Eunsom." Lanjut PD-nim
"Aku tidak menirunya, dia yang meniru karya ku!"
PD mendengus kesal melihat tingkah Soo Hyun yang keras kepala.
"Soo Hyun kau harus bisa membawa ide yang lebih segar. Kembalikan kejeniusan mu yang selalu kau banggakan itu. NBC tidak akan memproduksi drama murahan seperti itu!" Ujar PD-nim dengan kesal sebelum pergi meninggalkan soo Hyun sendirian dalam ruangan.
Begitu pintu tertutup Soo Hyun membanting kursi di dekatnya. Ia lantas meraih naskah yang berada di atas meja menatapnya beberapa saat sebelum naska itu dilempar ke tong sampah.
Naskah yang menghabiskan dua bulan lebih agar rampung harus berakhir sia-sia tanpa bisa dinikmati oleh khalayak hanya karena dianggap klise oleh seorang produser. Soo Hyun menggeleng tidak habis pikir. Bukan hanya kesal pada PD tetapi juga merasa rendah diri karena merasa performanya semakin turun tiap tahun. Bahkan karya terakhirnya yang sukses sudah lima tahun lalu.
»»——⍟——««
Jiwon mengigit bibirnya untuk mengatasi perasaan gugupnya. Perhatiannya tak lepas dari pintu wawancara menunggu sesi wawancara untuknya.
Tak lama tiga orang pelamar keluar dari ruangan tersebut dengan wajah lesuh. Kini sudah tiba nomer urut Jiwon mendapat giliran. Dengan menguatkan tekat terlebih dahulu. Langkah percaya diri mulai ia rajut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Language
FanfictionKim Jiwon gadis bisu yang mengejar mimpinya sebagai seorang presenter. bertemu dengan penulis drama terkenal Kim Soo Hyun yang tengah dilanda depresi mencari ide untuk menyusun naska drama. Kisah keduanya terjalin karena insiden tidak sengaja. Beni...