26: time of our life

652 70 7
                                    

.

.

.

"Terimakasih sudah memperbolehkan kami untuk menginap, Paman." ujar Felix pada Younghyun. Pagi ini ia dan Hyunjin sudah harus kembali ke Seoul.

"Kau ini bicara apa? Malahan aku senang kalian bisa menginap disini meski hanya sehari." sahut Younghyun ramah.

"Oh ya mana Jisung?" tanya Felix begitu tak dia temukan keberadaan Jisung di sana.

"Ah anak itu masih tidur mau ku bangunkan?" tawar Younghyun. Ia hendak beranjak ke lantai atas namun Felix menahannya.

"Tidak usah paman. Kapan-kapan aku pasti kesini lagi."

"Baiklah hati-hati di jalan." ucap Younghyun sembari tersenyum lebar.

Usai berpamitan Felix pun masuk ke dalam mobil bersama dengan Hyunjin yang sudah menunggunya sejak tadi.

Rasanya berat meninggalkan panti asuhan itu entah mengapa Felix merasakan keterikatan yang kuat antara dirinya dan tempat tersebut.

"Kita pulang?"

Hyunjin menoleh mendengar pertanyaan tersebut. "Tentu." jawabnya. Memangnya mereka mau kemana lagi?

Felix menghela napasnya. Ia enggan kembali ke mansion Hyunjin tapi tak ada yang bisa ia lakukan untuk menolak.
.

.

.

"Kita akan tinggal di sini?"

Felix terperangah melihat rumah baru yang Hyunjin beli. Gaya minimalis dengan dua lantai terasa benar-benar sempurna terlebih lagi rumah ini berada di kawasan perumahan elit di Seoul.

Sehari setelah ia mengeluh tentang traumanya terhadap kolam renang Hyunjin pun langsung mencari hunian baru pada hari mereka pulang dari Busan.

Dan inilah yang dapat rumah minimalis tanpa adanya kolam renang di dalamnya. Awalnya Hyunjin ingin membeli rumah yang jauh lebih besar tapi urung karena ia merasa percuma juga sebab mereka hanya tinggal berdua.

"Nanti kita ke Mansion dulu untuk mengambil barang-barang mu okay?"

Anggukan semangat Felix berikan sebagai jawaban. Ia menyukai rumah barunya, apalagi Hyunjin juga bilang bahwa dia akan menyuruh para maid kemari seminggu sekali saja untuk membersihkan rumah selebihnya biar Felix yang mengurusnya sendiri.

Tentu saja Felix setuju, ia lebih suka melakukan pekerjaan rumah sendiri daripada dibantu oleh orang-orang yang menurutnya tak terlalu diperlukan juga.

"Terimakasih Hyunjin." ucapnya lalu memeluk sang suami erat.

Hyunjin membalas pelukan itu tak kalah erat sebelum akhirnya ia mengingat sesuatu. Tapi sungguh ia ragu untuk mengatakannya pada Felix karena ia yakin istrinya itu akan sedih nanti.

"Mmm Fel." akhirnya ia memberanikan diri, mau tidak mau Felix harus tau bukan?

"Ya?"

"Minggu depan aku harus ke Daegu, ada urusan bisnis—"

"Lalu bagaimana dengan ku?" potong Felix cepat ia mendongak menatap Hyunjin sendu.

"Hanya tiga hari"

"Apa?!"

Tiga hari itu bukan waktu yang sebentar dan ia harus tinggal sendirian di rumah ini begitu?

"Jangan pergi ...." Felix menahan kalimatnya ia menelan ludahnya gugup. "Aku takut." sambungnya seraya mengeratkan pelukan itu.

Felix tak berbohong soal itu ia terlalu takut untuk tinggal sendiri tanpa Hyunjin.

Mendengar hal itu Hyunjin mulai menimbang ia merasa tak tega jika harus meninggalkan Felix sendiri tapi ia juga tak bisa menunda pekerjaannya.

Hate to love [Hyunlix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang