.
.
.
Setelah lebih dari lima jam menunggu akhirnya operasi pun selesai. Seorang dokter keluar dari sana dengan raut wajah lelah.
"Dia baik-baik saja kan?" tanya Hyunjin tak sabar.
Sang dokter menghela napas panjang sebelum menjawab. "Puji Tuhan dia berhasil melewati masa kritis-nya. Selama proses operasi berlangsung kami menemukan bahwa ada serpihan kaca yang memasuki kedua matanya, membuat kornea mata seketika rusak parah dan berat ku sampaikan bahwa dia mengalami kebutaan total." jelasnya.
Mendengar hal itu Minho seketika terkejut, ia tak dapat membendung air matanya. Merasa apa yang adiknya alami sangatlah berat.
"Janin itu juga berhasil kami angkat dari tubuhnya yang sekarang masih lemah tapi, jangan khawatir mungkin besok dia sudah siuman." sambungnya lalu melenggang pergi meninggalkan Hyunjin yang sekarang tampak termangu di tempatnya.
Tubuhnya serasa terpaku terlebih setelah ia melihat beberapa perawat yang mendorong ranjang Felix keluar untuk dipindahkan ke ruang ICU.
Ia pun hanya diam membiarkan ranjang pasien itu dibawa menjauh darinya, bahkan suara Minho yang menginterupsi ia abaikan begitu saja.
"Ayo Hyunjin." tapi kakak iparnya itu tak menyerah ia memegang bahu Hyunjin erat.
"A-aku tak sanggup melihatnya." ucap Hyunjin dengan suara bergetar.
Jika Felix siuman nanti apa yang akan ia katakan?
Bagaimana jika istrinya itu menanyakan pasal bayi yang di kandungnya?
Atau apa yang terjadi pada matanya?
Hyunjin tak akan bisa menjawabnya.
"Aku tau." sahut Minho, ia paham dengan apa yang tengah Hyunjin rasakan sekarang.
Dan setelah beberapa saat akhirnya Minho berhasil membujuk Hyunjin, mereka berjalan di sepanjang lorong guna menuju ruang ICU.
Begitu sampai sangat sulit rasanya untuk masuk ke dalam tapi Hyunjin menarik napas dalam-dalam dan memberanikan dirinya melangkah bersama Minho yang masih setia merangkul bahunya.
Di sana Felix tengah terbaring lemah dengan perban yang melilit matanya.
Lantas ia duduk di kursi yang berada di samping Felix kemudian menggenggam tangan itu erat.
"Semua ini salahku." ungkapnya penuh penyesalan. Andai saja sedari awal ia tidak pergi ke kantor atau andai saja ia memilih untuk hidup tenang tanpa memperebutkan harta warisan tentu semuanya akan baik-baik saja.
"Tunggu sebentar." Minho keluar dengan tergesa-gesa, ia langsung terduduk di kursi tunggu yang berada di depan ruang tersebut seraya menangis pilu.
Sangat menyakitkan baginya melihat adiknya dalam kondisi seperti itu.
"It's okay you can cry." tiba-tiba Chan datang lalu memeluknya erat, membiarkan Minho menangis sepuasnya di bahu miliknya.
Ia kemari usai mengantar Younghyun dan Jieun ke ruang jenazah tadi. Dan jasad Jisung akan dibawa ke Busan besok untuk dimakamkan atas kemauan Younghyun.
"Adikku." lirihnya.
Chan menepuk-nepuk punggung Minho pelan. Ia turut berduka atas kejadian buruk yang menimpa rumah tangga adik iparnya itu.
"Sebaiknya kau masuk, bujuk Hyunjin untuk mengobati lukanya." ujar Minho membuat Chan mengangguk pelan dan mulai beranjak.
Saat melangkahkan kakinya masuk pemandangan pertama yang ia lihat adalah Hyunjin yang menunduk dalam seraya menggenggam tangan Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate to love [Hyunlix]
FanfictionPerjodohan yang tak pernah Felix harapkan akan terjadi di hidupnya. Ketika ia terpaksa menikah dengan Hyunjin yang merupakan orang paling ia benci waktu mereka masih di bangku sekolah. Keduanya saling membenci satu sama lain. Apalagi Hyunjin, pria i...