Ch. 2 - Kesepakatan

138 18 2
                                    

Ternyata Istriku Tampan

Chapter 2 - Kesepakatan

.

.

.

Hari pun berlalu. Jaemin menjalani kesehariannya seolah menjauhkan diri dari apa pun yang berbau pernikahan. Dia berangkat lebih awal sekaligus pulang paling akhir agar menghindari interogasi ibunya di rumah. Di lain tempat, Renjun terpaksa mengurus segalanya seorang diri dan jujur saja, dia sampai kelelahan karena harus tetap bekerja sekaligus mondar-mandir menyiapkan berbagai perlengkapan.

Joohyun baru tahu tiga hari kemudian saat menelepon Renjun. Joohyun kira Jaemin mengubah jam keberangkatan dan kepulangannya karena sibuk membantu Renjun dalam persiapan pernikahan mereka. Pada saat itulah, Joohyun tahu suara Renjun sedikit serak dan mendengar suara Renjun menarik ingus di sambungan telepon. Awalnya Renjun tidak mau mengaku saat ditanyai Joohyun, tapi karena Joohyun keras kepala dan terus menodong pertanyaan yang sama, akhirnya Renjun mengaku. Hanya dia yang menyiapkan keperluan pernikahan dan sekarang dia sedang tidak enak badan akibat terlalu banyak aktivitas yang dilakoninya.

Tentu saja Joohyun meradang, tapi wanita itu langsung berpikir logis. Tidak ada gunanya memarahi anaknya daripada membantu calon menantunya. Jadi, Joohyun segera mengunjungi tempat Renjun lalu meminta asistennya menangani keperluan yang belum sempat diurus Renjun.

"Ibu tidak seharusnya merepotkan diri sampai seperti ini untukku," kata Renjun lirih. Dia terbaring di atas kasur. Dia baru saja meminum obat demam karena panas di tubuhnya tak kunjung turun.

"Renjun," Joohyun berusaha menekan suaranya agar tidak terdengar marah, "Ibu sudah bilang 'kan? Kamu anak temannya Ibu. Ibu bertanggung jawab untuk memastikan keberlangsungan hidupmu."

Renjun menunduk, merenungi ujaran Joohyun barusan. Memang benar ikatan ibunya dengan Ibu Jaemin sangatlah kuat. Namun, bukan berarti dia dan Jaemin harus menikah hanya karena janji ibu mereka.

"Bu, boleh aku berpendapat?"

"Tentu boleh. Ada apa?"

"Kupikir, lebih baik pernikahan ini batal saja."

Klang

Renjun berjengit, sedangkan Joohyun mematung. Sendok yang hendak dipakai Irene untuk menyuapi Renjun terlepas begitu saja dari tangannya. Agaknya Renjun menyesali ucapannya yang terlalu gegabah, tetapi lebih baik dia utarakan saja daripada mengundang masalah di kemudian hari.

"Bu?"

"Renjun, kesabaranku sudah banyak diuji oleh Jaemin. Jangan sampai aku juga marah karenamu," peringat Joohyun.

"Tapi, Bu," Renjun menelan air ludahnya sejenak, "Ibu tahu bagaimana kerasnya Jaemin menolak pernikahan ini. Lantas untuk apa kami menikah jika salah satu di antara kami tidak menghendakinya?"

"Jaemin pasti mau," sahut Joohyun tanpa keraguan. "Ibu yakin, Jaemin mau. Tidak ingatkah kamu dengan kejadian itu, Renjun?"

Kali ini Renjun terpojok. Dia ingin menyangkal, tapi rasanya percuma. Apa yang dikatakan Joohyun memang benar, dia masih mengingatnya. Namun, Renjun tidak tahu, apakah Jaemin masih mengingatnya atau tidak. Percakapan itu pun berakhir tanpa ada penyelesaian yang jelas.

Berkat perawatan Joohyun, Renjun pulih dengan cepat. Lusanya, Joohyun sudah menginformasikan kepada keduanya untuk datang ke butik langganannya untuk mengukur baju yang akan digunakan selama prosesi pemberkatan. Joohyun juga sudah melapangkan hati jika pernikahan ini hanya dilakukan secara privat karena ultimatum dari Jaemin. Jaemin pun hanya mengundang kedua temannya, sedangkan Renjun tidak mengundang siapa pun.

Ternyata Istriku TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang