Ch. 5 - Cobaan

125 16 2
                                    

Ternyata Istriku Tampan

Chapter 5 - Cobaan

.

.

.

“Astaga, rupanya bocah itu belum berubah,” keluh Mark dengan tangan memijat keningnya.

“Njun, kamu gak papa?” tanya Haechan sembari menepuk-tepuk punggung Renjun sebab kawannya itu bercerita dengan wajah murung.

“Tak apa,” perlahan Renjun menunjukkan senyumnya. “Pada dasarnya pernikahan kami hanya untuk kepentingan bisnis. Mari, kita pulang sekarang.”

Haechan dan Mark saling pandang sebelum Haechan membantu membawakan beberapa tas Renjun yang teronggok di lantai. Sementara itu, Renjun sekuat tenaga bersikap biasa saja, padahal dia sudah waswas. Sehari sebelumnya, mertuanya sudah pulang lebih dulu. Joohyun mewanti-wanti agar dia pulang bersama Jaemin dan wanita itu agak lega karena tahu keduanya ikut rombongan Mark-Haechan. Namun, kenyataan tidak seperti itu.

Kini Renjun harus mengarang sebuah kebohongan apabila mertuanya sampai tahu jika Jaemin pulang lebih dulu.

Renjun tertidur selama perjalanan. Karena tidak tega dan kasihan, Haechan tidak mengganggunya. Bahkan, dia berbicara dengan cara berbisik sampai Mark kebingungan. Tumben sekali belahan jiwanya jadi tenang begini.

“Kenapa tingkahmu aneh begitu?” tanya Mark setelah menurunkan Renjun tanpa ada cara mampir karena mereka belum membereskan barang bawaan pasca liburan.

“Hyung gak lihat muka Renjun tadi?” tanya Haechan balik.

“Ya, ‘kan Hyung nyetir. Jadi, ya, lihatnya ke jalan,” balas Mark memberikan alasan logis. Haechan pun mengangguk.

“Dia kecapekan, Hyung. Kayaknya, sih, habis nangis semalam suntuk.”

“Emang iya?”

“Gak tahu, sih,” kekeh Haechan. “Aku asal nebak aja,” lalu hening. Hanya ada alunan musik yang disetel dari ponsel Haechan. “Tapi, Hyung, kalau aku di posisi Renjun juga bakal stres.”

“Aku percaya aja, toh kamu yang dulu sekelas sama Jaemin waktu sekolah,” respon Mark.

Apa yang dikatakan Mark barusan memang benar apa adanya. Haechan sudah mengenal Jaemin dari masa sekolah, bahkan ia satu kelas dengan makhluk penuh drama tersebut. Lain dengan Mark yang baru mengenal Jaemin ketika Mark sudah di kelas akhir. Sebagai orang yang sudah berteman lama, Haechan akui tidak ada perubahan dalam sisi positif pada diri Jaemin. Jaemin masih sama seperti dulu, suka mendramatisir. Jaemin menginginkan hasil paling maksimal, tapi ogah berusaha.

“Aku takut Renjun jadi gila karena sikapnya Jaemin,” sahut Haechan. Haechan menduga, pasti Renjun hanya dijadikan babu oleh Jaemin karena kepatuhan Renjun. “Apa kita gak bisa nolong mereka, Hyung?”

Mark tampak berpikir. Ini terlalu riskan. “Echi, bukannya Hyung menolak, tapi itu udah di luar kendali kita,” tuturnya memberikan pengertian. “Jangan terlalu mengusik hubungan rumah tangga orang kalau kita tidak diminta.”

Sebenarnya apa yang dicemaskan Haechan sedikit berlebihan. Nyatanya, Renjun dapat mengusai diri. Malahan, dia sudah beraktivitas seperti biasanya. Jadi, setelah pulang dari acara menginap di vila, Renjun segera membereskan rumah, memasak, makan, dan mengecek tugas kantor. Semua ia kerjakan tanpa berpikir hal-hal buruk seolah takdirnya memang sudah seperti ini.

Netra rubah Renjun melirik jam dinding. Pukul sembilan malam dan belum ada tanda-tanda Jaemin akan pulang. Helaan nafas keluar dari bibirnya. Dipastikan Jaemin tidak akan pulang dan mungkin menginap di tempat Minjeong. Renjun pun beranjak karena harus menyimpan makanan yang sudah disiapkannya untuk Jaemin ke dalam kulkas.

Ternyata Istriku TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang