Ch. 4 - Bukan Prioritasnya

130 19 3
                                    

Ternyata Istriku Tampan

Chapter 4 - Bukan Prioritasnya

.

.

.

Seorang pelayan datang usai melakukan kontak mata dengan Jeno. Pelayan tersebut mencatat pesanan Renjun sekaligus minuman tambahan untuk yang lainnya. Setelah pelayan mengatakan untuk menunggu pesanan akan diantar, dari panggung terdengar suara mic yang sedang dites. Renjun melebarkan matanya. Dia tidak salah lihat bukan?

“Selamat malam semua!” sapa Haechan. “Wah, malam ini begitu spesial bagiku dan tentu untuk kalian semua. Oh, kita punya penonton tak biasa di ujung meja dekat perapian,” jedanya. “Selamat malam Tuan dan Nyonya Kim,” lalu Haechan sedikit membungkukkan tubuhnya.

Beberapa pengunjung bertepuk tangan. Bagi pengunjung setia, mereka sudah tahu siapa Tuan dan Nyonya Kim yang dimaksud. Kedua pasangan itu memang sering kemari, terutama saat merayakan momen-momen tertentu. Bahkan, Junmyeon dengan bermurah hati membayar semua pesanan pengunjung kala merayakan suatu acara di kafe ini.

“Tanpa membuang waktu lagi, your Fullsun akan menyanyi sekarang,” Haechan menatap Mark antusias seolah kegiatan ini selalu menjadi pengalaman pertama untuk sepanjang waktunya. “Mark, let’s go!”

Mark dengan senyum tampannya mulai memetik senar gitar. Kaki Haechan menghentak seperti sedang menghitung ketukan. Tidak lama suara semanis madu keluar membelai telinga pengunjung. Renjun yang baru pertama kali melihat dan mendengar nyanyian Haechan terperangah.

“Apa Haechan seorang penyanyi?” tanyanya.

Jeno menoleh, “Loh, suamimu tak bilang?” tapi Jaemin tidak berkomentar.

“Haechan guru vokal di agensi idol,” beritahu Jimin. “Kadang dia juga ngisi posisi vokalis di kafe yang ada live music. Kalo Mark, dia emang suka main alat musik. Jadi, keduanya sering manggung bareng.”

Renjun tersenyum. Kehidupan temannya terdengar menarik dan menyenangkan. Tidak seperti dirinya bersama Jaemin. Tanpa sadar, Renjun telah membandingkan dirinya dan hubungannya dengan orang lain. Jaemin tidak seperti Mark dan Renjun tidak akan pernah seperti Haechan yang bisa melawan ketidakadilan. Apalagi Renjun yang menyebabkan pernikahan ini terjadi.

Renungan ini membuat Renjun tidak mengetahui jika Haechan sudah berdiri di depan meja mereka. “Renjun-ssi, maukah Anda menemaniku bernyanyi di depan?”

Renjun tersentak. Keterkejutan ini juga ditangkap oleh Jaemin, tapi dia hanya diam mengamati.

“A-aku tidak pandai bernyanyi,” kata Renjun pelan.

“Kata orang yang punya suara selembut sutra,” kelakar Haechan.

Renjun terlihat tidak nyaman di posisinya sekarang. Dia tidak ingin membuat Haechan kecewa, tapi Renjun sendiri tidak percaya diri bila harus bernyanyi di depan orang banyak. Jaemin yang sedari tadi memperhatikan situasi membuang nafas pelan.

“Kau tidak perlu melakukan apa yang tidak kau sukai,” bilangnya dengan menatap Renjun.

Renjun menoleh. Sejenak dia membeku lantaran tidak menyangka Jaemin akan bicara seperti itu kepadanya. Perlahan hati Renjun bergetar. Jaemin baru saja menunjukkan kepedulian untuknya.

“Ah, kelamaan,” potong Haechan lalu menarik tangan Renjun. Renjun gelagapan. Jika tidak mempersiapkan diri, Renjun bisa saja mengalami demam panggung dan sepertinya kebiasaan kurang mengenakkan ini akan terjadi.

Ternyata Istriku TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang