Ch. 17 - Yang Tersisa

57 13 0
                                    

Ternyata Istriku Tampan

Chapter 17 - Yang Tersisa

.

.

.

Tangan Renjun membuka kenop pintu. Ia masuk ke dalam berikut dengan Jaemin di belakang. Helaan nafas yang berat dikeluarkan Renjun. Rasanya lega bisa melepas topeng sandiwara di depan banyak orang.

Saat Renjun berjalan, Jaemin mengikutinya. "Jaemin, kamu tidak harus selalu ada di dekatku," ujar Renjun tanpa maksud menyakiti. Mereka ada di satu ruangan yang sama dan Renjun sedikit risih karena Jaemin terus menempel pada dirinya. Batin Renjun juga memerlukan istirahat setelah melewati hari-hari yang menguras tenaga.

"Ah, maaf," respons Jaemin. Renjun menggeleng kecil, lalu melanjutkan aktivitasnya.

Karena rapat berlangsung lancar tanpa ada kendala yang berarti, semua peserta rapat bisa pulang lebih awal. Renjun sedikit membereskan barangnya sebelum membuka layar laptop. Besok dia sudah harus kembali ke kantor dan memeriksa hasil pekerjaan pegawainya.

"Kamu sibuk, Renjun?" tanya Jaemin retoris.

"Tidak terlalu," jawab Renjun tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop. Chenle sudah mengirimkan beberapa laporan keuangan bulan lalu sekaligus anggaran untuk bulan depan.

"Boleh aku bicara?" tanya Jaemin sekaligus meminta izin.

"Ya," Renjun mengangguk, "boleh."

Jaemin duduk di kursi yang berhadapan dengan Renjun. "Aku ingin membuat pengakuan, Renjun," mulainya. Belum ada tanggapan dari Renjun. Mata pria cantik itu masih betah menatap barisan angka. "Aku ingin kita bisa kembali seperti semula."

"Semula bagaimana?" tanya Renjun cepat secepat jari-jarinya mengetik keterangan yang harus ditinjau ulang oleh Chenle.

"Aku jadi suamimu dan kamu jadi istriku," ucap Jaemin dan mendadak tubuhnya berjengit. Pasalnya, setelah kalimat itu terucap, Renjun langsung menutup laptop berlogo apel tergigit itu dengan kasar dan menyingkirkannya. Sekarang Renjun memberi tatapan tajam nan menusuk kepada Jaemin.

"Jangan asal bicara saat kamu akan menikahi seseorang, Jaemin," gertak Renjun.

"Aku tahu. Aku memang pria brengsek yang tidak tahu bersyukur," ungkap Jaemin, "tapi percayalah, Renjun, hidupku jauh lebih buruk setelah kita bercerai."

"Manusia itu dinamis, Jaemin. Tidak semuanya bisa diselesaikan secara mudah hanya dengan berbincang," tanggap Renjun dingin.

"Ya, tapi beda ceritanya karena ini Minjeong," Jaemin menelan air liurnya. Tenggorokannya terasa kering. Ketegangan mulai merasuki dirinya seolah-olah dia sedang disidang oleh guru besar. "Rasanya, Minjeong berubah setelah aku menuruti permintaannya untuk menikah."

"Itu hanya perasaanmu saja, Jaemin," mata Renjun beralih pada langit malam yang terlihat indah. Tidak ada bintang yang terlihat, tapi langitnya bersih dan cantik. "Perasaan manusia itu ibaratkan kapal yang terombang-ambing badai di tengah laut lepas."

Jaemin bingung harus bilang apa lagi. Pengakuannya ditampik halus oleh Renjun. "Jujur saja, semakin bertambahnya hari menjelang pernikahanku dengan Minjeong, aku semakin tidak yakin untuk menikah," ungkapnya.

"Kenapa?"

"Perasaanku mengatakan bahwa Minjeong bukan orang yang tepat untuk kujadikan pasangan hidupku," jawab Jaemin.

Mata Renjun terpejam dua detik, lalu terbuka. "Dulu kamu juga mengalami hal yang sama seperti ini saat hendak menikah denganku. Jadi, semua ini hanyalah kekalutan hatimu saja, Jaemin," balas Renjun kemudian ia beranjak.

Ternyata Istriku TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang