Ch. 14 - Pertemuan

110 17 5
                                    

Ternyata Istriku Tampan

Chapter 14 - Pertemuan

.

.

.

Keesokan harinya, Renjun datang ke kantor. Pakaiannya rapi, tapi wajahnya terlalu pucat sehingga Renjun menyamarkannya dengan riasan. Dia datang dengan tas laptop karena hari ini ada pekerjaan yang harus diselesaikannya sebelum malam tiba. Sampai di ruang kerjanya, ia meminta Chenle dan Jisung masuk ke ruangannya.

“Kenapa, Ge?” tanya Chenle langsung. Di tangannya ada botol Corkcicle yang mau diisi ulang air minum di dapur.

Mata Renjun masih fokus menghadap laptop. “Beri contoh yang baik pada sesama kawan pekerjamu, Le,” dan Chenle memutar bola matanya malas. Bisa-bisanya kakak sepupunya itu menegurnya, sedangkan dia sendiri tak menatap wajah lawan bicaranya.

“Maaf,” Renjun melepas kacamatanya. “Ini tentang rapat bisnis promotor itu,” bilang Renjun. “Sebagai tim pembawa acara, aku ingin mengirimkan kalian berdua. Kalian akan jadi presentator yang materinya kukirim nanti malam.”

“Lah, Ge!” potong Chenle tak terima. “Bukannya itu Ge yang jadi perwakilannya?” tanyanya.

“Aku ada rapat dengan petinggi pusat di hari kedua acara tersebut,” beber Renjun. “Maka dari itu, kuputuskan kalian berdua yang pergi.”

Chenle menatap Jisung sangsi. “Ge, apa pun,” mohonnya, “asalkan tidak bersama makhluk tiang ini.”

“Kenapa?” tanya Renjun. Dia tidak menemukan ketidakcocokan antara Chenle dan Jisung. Lagipula, acara ini juga akan menguji keprofesionalitasan Jisung sebelum promosi jabatan.

“Aku tidak bisa bekerja dengan baik jika digabungkan dengannya,” tutur Chenle memberikan alasannya.

Wajah Renjun berubah bingung, kemudian menatap Jisung. “Apa Jisung juga merasakan hal yang sama?” tanyanya memastikan. Dia harus tahu permasalahan ataupun kendala yang dialami pegawainya agar kinerja mereka bisa maksimal. Kesalahan kecil bisa menjadi masalah besar di kemudian hari dan Renjun tidak mengharapkan hal itu terjadi di perusahaannya.

“Tidak, Hyung, aku baik-baik saja bekerja dengan Senior Chenle,” Jisung tersenyum. “Malah, aku lebih bersemangat kalau diberi kesempatan untuk kerja tim bersama Senior Chenle.”

Renjun mengangguk dua kali, “Baiklah, kalau begitu kembali pada rencana awal.”

Tiba-tiba, Chenle menyerobot dan memeluk Renjun dengan erat. “Ge, please. Aku belum siap,” mata Chenle berkilat ke arah Jisung. “Aku berangkat sendiri saja tak apa. Aku rela,” ujarnya mendayu-dayu.

Renjun menahan tubuh Chenle. Anak ini secara brutal memeluknya dan hampir membuatnya terjungkal. “Tidak bisa, Chenle. Acara itu harus dihadiri dua orang,” tutur Renjun sambil membenahi pakaiannya. Dia juga sedikit mengaca lewat layar ponselnya untuk mengecek jika riasannya tidak terhapus atau bergeser. “Lagian, apa kamu bisa bawa materi sekompleks ini di hadapan orang-orang penting yang punya jabatan?”

Chenle diam. Dia akui semua perkataan Renjun benar semua, tapi tetap saja dia menyangkal. Secara pengalaman, Chenle memang belum bagus dalam bidang public speaking. Beda halnya dengan Renjun yang sudah terlatih berbicara dengan orang banyak, mulai dari kalangan senior atau junior. Chenle lebih ahli bila berurusan dengan olah data.

Renjun mendesah pelan. “Karena tidak ada tanggapan darimu, baiklah,” ujarnya.

“Jadinya bagaimana, Hyung?” tanya Jisung. Jisung memang diminta secara pribadi oleh Renjun untuk memanggilnya dengan sebutan hyung sebab Renjun merasa Jisung seperti adik baginya.

Ternyata Istriku TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang