03. Hasrat

3.4K 14 0
                                    

Malam sudah semakin larut, tapi Alya masih harus berkutat dengan pekerjaannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam sudah semakin larut, tapi Alya masih harus berkutat dengan pekerjaannya. Hujan yang turun membuat Alya terpaksa bertahan lebih lama di kantor. Karena bosan menunggu hujan yang tak kunjung reda, akhirnya Alya kembali lanjut bekerja. Membosankan, tapi setidaknya ini lebih baik dari pada hanya duduk termenung menanti teduh. Di luar sana hujan semakin deras. Disusul oleh suara petir yang bersahutan.

Tok.

Tok.

Tok.

Alya dikejutkan dengan suara ketukan pintu. Ia mendongak saat pintu itu terbuka pelan.

"Hei..."

"P-Pak Dion!" Alya menyapa gugup.

Dion melangkah masuk dengan tubuh yang basah. Kemeja warna putih yang ia kenakan kini berubah transparan memperlihatkan lekuk tubuhnya yang berotot. Dion tersenyum canggung dengan bibir yang sudah menggigil.

"Kenapa anda basah-basah seperti ini? saya pikir tadi anda sudah pulang," ucap Alya.

"Mobil saya mogok. Saya berusaha memperbaikinya, tapi yah... semuanya sia-sia." Dion melangkah lebih dekat.

Alya tertegun menatap sosok bosnya itu. Air masih menetes dari rambut Dion. Pandnagan Alya perlahan menyapu setiap inci tubuh lelaki itu dan entah kenapa Alya menjadi gelisah.

"Saya boleh duduk di sini, kan?" tanya Dion.

Alya tersadar dan mengangguk. "Tentu saja."

Dion menarik sebuah kursi dan duduk di depan meja kerja Alya. Meskipun dilanda gugup setengah mati, Alya berusaha tetap tenang. Dia kembali fokus pada pekerjaannya. Tapi kemudian Alya kembali gagal fokus saat Dion tiba-tiba membuka baju kemejanya.

"....."

Alya melongo melihat badan Dion yang bagus. Ototnya seperti dipahat. Warna kulitnya begitu eksotis. Hujan membuat udara terasa dingin, namun Alya kini merasa panas. Alya berusaha abai, tapi Dion malah menyeret bangkunya lagi dan pindah duduk di sebelah Alya.

"Apa yang sedang kamu kerjakan?" tanya Dion.

Alya meneguk ludah susah payah. Jarak antara dia dan Dion begitu dekat. Apa lelaki itu sengaja menggodanya?

"Hanya menyelesaikan beberapa laporan," jawab Alya kemudian.

Dion mengangguk dan kamudian tersenyum.

Sungguh...

Senyuman lelaki itu begitu memabukkan. Manis dan jantan secara bersamaan. Alya tidak menemukan kata yang tepat untuk mendeskripsikan seorang Dion Winaldi. Dengan sudut matanya, Alya terus melirik sosok Dion yang rupawan. Keberadaannya benar-benar membuat Alya gelisah.

Seakan ada hasrat yang bergejolak. Kerinduan pada sebuah sentuhan lelaki yang sudah lama tidak ia dapatkan semenjak berpisah.

"Dingin dingin begini enaknya ngapain ya?" tanya Dion tiba-tiba.

Cerai Tapi CeriaWhere stories live. Discover now