15. Kecewa

176 4 1
                                    

"Jadi bagaimana? apa anda setuju dengan proyek kerja sama ini?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi bagaimana? apa anda setuju dengan proyek kerja sama ini?"

Dion berusaha tersenyum walau hatinya ingin mencaci maki lelaki tua di hadapannya. Namanya Pak Mahmud, seorang OKB alias orang kaya baru yang berasal dari Jember, Jawa Timur. Konon kabarnya si pak Mahmud ini merupakan seorang mafia tanah. Mafia dalam artian cukup ahli dalam bisnis real estate. Sosoknya ingin merambah ke dunia bisnis dan bermaksud untuk menanam saham di perusahaan Dion.

Dion tentu saja menyambut maksud baik itu dengan senang hati. Apalagi nilai investasi yang ditawarkan pak Mahmud berjumlah cukup fantastis. Akan tetapi dalam prosesnya... pak Mahmud agak sedikit banyak riweah-nya. Padahal kontraknya sudah sangat jelas. Segalanya sudah dibuat se-sederhana mungkin, akan tetapi lelaki itu tetap saja banyak tanya, banyak keraguan, banyak minta penjelasan ulang.

Dan semua itu membuat Dion lelah.

"Emm... bagaimana ya, saya masih sedikit ragu," ungkap pak Mahmud lagi.

Dion nyaris menyala. Dia hampir terbakar emosi. Terlihat ia mengepalkan telapak tangannya kuat-kuat... memejamkan mata sejenak... menarik napas panjang hingga dadanya membusung... lalu mengembuskannya pelan seraya membuka mata.

"Kalau anda masih merasa ragu... sebaiknya anda memikirkannya kembali. Tidak perlu tergesa-gesa. Anda bisa mempertimbangkannya kembali, lalu menghubungi kami jika anda sudah memantapkan pilihan." Dion masih berusaha ramah.

"Tapi anu----" pak Mahmud menggaruk-garuk kepala botaknya.

Dion melirik arlojinya. Dia sudah sangat gelisah. Malam ini Dion memiliki janji untuk jalan bersama Alya.

"Bagaimana kalau besok atau lusa kita bertemu lagi?" Dion coba mengusaikan pertemuan itu. Pertemuan yang sudah berlangsung lebih dari empat jam, tapi tidak menghasilkan apapun.

"Besok saya harus ke Malang... mau lounching bisnis ternak lele saya di sana," jawab pak Mahmud.

"Kalau begitu lusa saja," tukas Dion.

"Lusa saya dilantik jadi saksi pernikahan anaknya pak kades."

"...."

Dion ingin berteriak.

Rekan kerjanya Aldi yang duduk disampingnya juga tampak gugup. Takut jika Dion murka dan membalikkan meja yang ada di depan mereka.

Aldi menatap Dion perlahan, lalu mengangguk samar. Seakan mengisyaratkan bahwa dia akan mengambil kendali.

Aldi berdehem sebelum berbicara. "Ehem... kami sangat memaklumi kesibukan anda.... kami sangat mengerti, Bapak. Anda bisa menghubungi kami kapan saja, jika anda telah senggang."

"KATA SIAPA?" Dion melirik sadis.

Aldi terkejut. Pun demikian dengan pak Mahmud. Setelahnya Dion menatap pak Mahmud. Tatapannya berubah seratus delapan puluh derajat. Tatapan Dion adalah maut. Itu nyata....

Cerai Tapi CeriaWhere stories live. Discover now