14. Bisakah Kita Berteman Setelah Berpisah?

257 7 12
                                    

Lama Alya duduk tertegun di depan meja riasnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lama Alya duduk tertegun di depan meja riasnya. Alya tengah berperang dengan perasaannya sendiri. Rasanya tak ada yang berjalan dengan baik di hidupnya selama ini. Rasanya Alya tak pernah lagi merasakan kebahagiaan yang hakiki semenjak dia berpisah dengan Baskara. Hari-hari yang ceria sudah berganti dengan hari-hari membosankan. Ia bukannya tidak berusaha. Setiap harinya Alya selalu mengusahakan mencari kebahagiaan-kebahagiaan kecil dalam hidup. Ia masih bisa tersenyum. Ia masih bisa tertawa. Tapi semua itu terasa fana. Ketika malam tiba. Ketika ia sendirian... maka luka akan kembali menyapa.

Membuatnya terisak dalam diam.

"Oh Tuhan... apa yang aku lakukan ini benar?" Alya masih menimbang-nimbang keputusannya untuk mencoba menerima kehadiran Dion.

Trauma masa lalu dan ketakutan selalu menghantui. Alya merasa tidak pantas untuk bahagia karena dosanya. Akan tetapi...

Hatinya menjerit.

Jiwanya meronta.

Alya juga ingin merasakan bahagia dalam hidupnya.

"Tidak ada salahnya untuk mencoba bukan?" bisiknya lagi.

Alya kemudian menyelesaikan ritualnya merias wajah. Kali ini Alya berdandan agak beda dari biasanya. Dia memakai warna lipstik yang lebih berani. Menambahkan bulu mata palsu dan juga menata rambutnya jadi sedikit bergelombang. Untuk pakaiannya, Alya memilih mengenakan gaun simpel warna hitam dengan lengan yang bergelembung. Roknya dibawah lutut. Gaun semi formal itu dirasa cocok untuk dinner malam ini bersama Dion.

"Apa lagi, ya....?" Alya menatap pantulan dirinya dicermin. "Anting!"

Alya membuka laci dan memilih anting berbentuk mutiara bulat warna putih. Anting itu cocok dengan pakaiannya. Sekarang semuanya sudah siap. Alya siap untuk menunggu Dion yang akan datang menjemputnya.

Alya agak sedikit gugup. Tapi kemudian ia tersenyum.

Handphone yang berdering mengalihkan perhatian Alya. Dia bergegas mengambil handphone itu. Dugaannya benar, Dion meneleponnya.

Sebelum menjawab, Alya berdehem terlebih dahulu agar suaranya lebih enak saat bicara.

"Halo," sapa Alya.

"Halo Alya..."

"Iya, Pak Dion sudah di bawah ya?"

Terdengar suara embusan napas Dion yang panjang. "Belum Alya. Saya masih meeting sama salah satu klien. Sepertinya saya sedikit terlambat. Tidak apa-apa, kan?"

Alya terdiam sebentar. Agak sedikit kecewa, tapi kemudian kembali bersuara. "Tidak apa-apa kok. Saya juga belum siap-siap sama sekali."

Bohong.

Alya berdusta untuk melindungi harga dirinya.

"Mungkin sekitar tiga puluh menit lagi rapatnya akan usai dan saya akan segera ke sana."

Cerai Tapi CeriaWhere stories live. Discover now