13. Tapi kenapa malah aku yang diperlakukan seperti penjahatnya?

247 4 0
                                    

Dan kehidupan pun terus berjalan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan kehidupan pun terus berjalan. Waktu terus bergerak. Waktu tidak pernah menunggu. Waktu tidak peduli pada siapa yang sedang berduka maupun yang sedang berbahagia. Waktu akan mengusaikannya. Semua yang terjadi dalam kehidupan hanya sementara. Baik kesenangan ataupun kesedihan tidak akan kekal. Keduanya laksana tali tambang yang saling membelit. Tumpang tindih dan tidak terpisahkan.

Mungkin... hanya kematian yang mengusaikannya.

Alya tidak bisa berbuat banyak terhadap Baskara yang terus berada di sekitarnya. Satu-satunya yang bisa Alya lakukan hanyalah mengabaikannya. Menjadikannya asing seasing-asingnya. Berhenti peduli dan tidak mau tahu tentang kehidupannya. Alya coba kembali bangkit. Membangun puing-puing benteng pertahanannya kembali. Kali ini Alya akan membangunnya lebih kuat dan Baskara tidak akan bisa menghancurkannya lagi.

"Hah... kenapa kerjaan ini nggak selesai-selesai, sih?" sungut Alya.

Alya merentangkan tangannya. Meregangkan lehernya hingga keluar bunyi berderuk yang renyah. Setelahnya Alya menatap jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang dan dia belum makan sama sekali.

Alya bangun dari duduknya. Merasa sedikit encok di bagian pinggang. Mungkin karena faktor usia, akhir-akhir ini Alya lebih mudah pegal dan linu.

"Hah... tapi aku sama sekali belum berselera untuk makan," bisiknya.

Akhirnya Alya memutuskan untuk membeli kopi saja. Menikmati kopi di rooftop sepertinya cukup untuk memulihkan energi yang sudah terkuras. Setelah mendapatkan kopi di kantin, ia beranjak ke rooftop.

Namun saat membuka pintunya... Alya mendengar suara gelak tawa.

DEG.

Alya melihat Baskara dan Nadya yang sedang menikmati makan siang berdua. Tatapan Alya tertuju pada kotak bekal di meja. Apakah Nadya membuatkan bekal makan siang untuk mereka berdua.

"Alya!" Nadya melambaikan tangan.

Sial!

Padahal Alya berniat untuk pergi. Baskara juga menatap, tapi kemudian langsung membuang muka.

"Sini Al! panggil Nadya lagi.

Alya melangkah mendekat.

"Mau ikutan makan siang nggak? aku bikin dendeng balado, terus juga ada perkedel kentang dan tumis sawi. Nasinya masih banyak kok. Yuk gabung!"

"...."

Alya termangu. Semua menu yang disebutkan oleh Nadya yang kini tersaji di depan matanya itu adalah makanan kesukaannya Baskara. Ingatan Alya pun melayang ke masa lalu. Saat di mana ia belajar mempelajari resep untuk membuat dendeng balado yang enak. Mempelajari trik bagaimana dagingnya menjadi renyah dan empuk secara bersamaan. Alya juga ingat bagaimana dia mengacaukan dapur saat pertama kali mencoba membuat perkedel kentang.

Semua ingatan itu membuat dada Alya sesak.

"Ayo Al, ikutan makan!" ujar Nadya lagi.

Alya tersadar.

Cerai Tapi CeriaWhere stories live. Discover now