3. Saudara?

1.4K 209 62
                                    

Sepandai-pandainya Eja sembunyi, ujungnya ketahuan juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepandai-pandainya Eja sembunyi, ujungnya ketahuan juga. Dia pikir pulang malam setelah mengerjakan tugas dan lanjut les tidak akan bertemu kakak nomor dua yang katanya hari ini pulang. Ternyata justru pulang secara bersamaan, dalam kondisi Eja bersin-bersin akibat angin malam juga karena flunya belum sembuh.

Braga langsung menggiring sang adik ke kamar, disuruh mandi air hangat, dan menunggunya sebelum tidur. Sudah Eja duga kakaknya itu membawakan seabrek obat-obatan serta vitamin.

"Minum," kata Braga, menyodorkan beberapa pil di tangan. Sementara Eja sudah siap sedia air putih. "Tau sakit kenapa malah main sama berangkat bimbel."

"Ya pilek doang ngapain libur!" Eja menimpali seraya memasukkan tisu ke hidungnya yang meler. Tiba-tiba,

Pletak! Pletak!

"Aduh!" Spontan Eja mengaduh kala jari-jari Braga dengan enteng menyentil keningnya. Dua kali.

"Untung kamu doang yang sakit."

"Untung?! Mas bilang aku yang sakit tu untung?"

"Iya lah. Itu namanya konsekuensi dari ngajak adik hujan-hujanan. Kalo belum kapok, sekarang ulangi mumpung di luar hujan deres biar disamber petir."

Blar!

Eja terperanjat dengan mata melebar akibat kilat disertai suara bak ledakan. Namun, yang membuatnya kesal, wajah Braga tetap datar.

"Hatinya Mas Braga kelamaan masuk freezer kah jadi beku! Inget kata Ibu, omongan adalah doa!" Sudah tau kesabarannya tipis malah dipancing.

"Kalo beku kamu nggak aku rawat. Aku biarin pilek sampe hidungmu yang cuma sebiji salak itu mencair. Heran, hidung apa kolak."

Lantas Braga beranjak tapi berhenti untuk memberi ultimatum, "sampe flu-mu nular ke yang lain, aku pasung kamu, nggak boleh ada yang nengok selain aku."

Tangannya menekan saklar, mematikan lampu kemudian melangkah keluar dari kamar sang adik. 

Sedangkan Eja, dia melampiaskan kesal dengan menggigit selimut kuat-kuat. Ini lah alasannya dia berusaha agar jangan sampai kakaknya yang kejam itu tau. Padahal sudah membujuk Papap, Ibu, Mama, dan Bunda untuk tidak memberitahu Brata. Curiga Braga memakai ilmu hitam.

Di perjalanan ke kamarnya, Braga bertemu Amara yang menutup pintu Flo dari luar. 

"E-eh, Braga, baru pulang?" sang Bunda menyapa.

Tak dibalas karena ada hal lain yang lebih menarik perhatiannya. "Sampah tisu sebanyak itu dari kamarnya Flo, Bun?" tanya Braga dengan mata memicing.

Gerak-geriknya Amara pun mencurigakan, seperti maling ketangkap basah mencuri, alias tidak normal.

"I-ni ... anu ... apa namanya ... Flo nggak sengaja numpahin sup."

"Kenapa makan di kamar?" Kini salah satu alisnya Braga naik. Semakin meningkat kecurigaannya. "Flo sakit juga? Pasti ketularan Eja ya?"

TurquoiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang