"Biar apa kaya gitu, Flo? Nraktir, minjemin mobil, mau-mauan gantiin lari. Enak dia tinggal ongkang-ongkang dapat nilai, lah kamu yang kecapekan sampe sakit."
Berdiri menjulang di depan anak yang duduk di ranjang, tangan Amara setia berkacak pinggang. Belum selesai di situ omelannya, sebab tadi bertambah informasi baru dari Eja.
"Berani nyobain rokok juga. Bunda nggak paham. Bunda-"
Ada jeda untuk Amara mengurut pangkal hidung. Pening bukan kepalang merawat anak yang hanya semata wayang itu.
"Kamu itu pernah kena Pneumonia dua kali Flo. Dua kali," lanjut Amara dengan menekan kalimatnya. "Umur 2 tahun kamu masuk NICU gara-gara infeksi RSV*. Ngerti lah sedikit perasaannya Bunsa. Bunsa takut. Anaknya Bunsa emang banyak. Tapi kalo nggak ada kamu Bunsa nggak hidup, Flo."
"Flo kasian," cicit anaknya, tiba-tiba menyela omongan Amara. Kepala Flo tertunduk, memperhatikan motif hewan-hewan pada kaos kaki toskanya.
"Ya kasian boleh tapi sadar diri lah. Jangan mentang-mentang nilainya paling bagus terus ngerasa kuat bantuin temen. Kamu pikir kamu Superman?"
"Kalo nilaiku bagus ... Bunsa bangga?"
"Orang tua mana yang nggak bangga? Pertanyaanmu ada-ada aja."
"Oooh."
Kening sang ibu berkerut, tangannya pun tak lagi bertolak pinggang, melainkan lurus di masing-masing sisi tubuh. "Apa sih ini. Kamu mengalihkan pembahasan? Nggak ya, Flo. Bunsa masih marah."
"Enggak kok. Aku nggak ngalihin kemana-mana. Cuma pengen memastikan aja, seenggaknya ada satu yang bikin Bunsa bangga sama Flo. Flo capek denger Bunsa khawatir terus. Kalo gini kan enak, Flo udah denger Bunsa muji Flo soalnya nilai Flo bagus, walaupun Flo bukan Superman."
Guratan kaku di wajah Amara melunak. Putranya itu berucap santai tanpa mengangkat kepala seolah berbicara pada semut di lantai, dekat kakinya.
"Mereka temen barunya Flo tau, Bun. Iya, Flo punya temen sendiri, bukan ngaku-ngakuin temennya Eja. Keren kan? Nggak bisa jadi idola sekolah kaya Eja sama Gala sih. Tapi Bunsa seneng nggak akhirnya Flo bergaul?"
"Freya juga yang bantu tugas mini dramanya Flo. Flo telat ngumpulin karena temen sekelas Flo yang lain nggak mau sekelompok sama Flo. Jadi, Flo coba cari ke kelas lain. Terus Freya, temen sekelasnya Flo, malah nawarin temennya di kelas lain. Eh mau bantu. Habis bantu, Flo traktir mereka jajan, bayarin belanjaan online mereka, sama beliin skincare. Katanya mereka seneng banget temenan sama Flo."
"Bunsa mau liat debut aktingnya Flo nggak? Eh, jangan deh. Flo cuma jadi figuran sama jadi sutradara doang. Pemeran utamanya Isabel. Hasil mini drama punya Flo dapet nilai bagus tau, Bun, walaupun ngumpulinnya telat."
Air mata menetes ke punggung kaki Flo. Dia terisak kecil.
"Nggak ada yang mau temenan sama Flo kalo Flo nggak ngasih apa-apa, Bun. Awalnya Flo nggak peduli. Tapi Flo juga pengen bikin Bunsa sama Papap bangga kaya Bunsa bangga sama saudara Flo lainnya," suara anak itu mencicit sebab dia berusaha keras agar isakannya tak pecah terlalu keras.