Meluncur bebas dari lift ke ruang makan menggunakan hoverboard, Flo hanya sempat meminum segelas susu untuk sarapan. Seperti biasa, hari Senin menjadi pagi ter-hectic setelah terlena dengan kenikmatan weekend. Tidak hanya Flo yang terlambat ke meja makan, dua saudaranya pun belum terlihat.
"Pelan-pelan, nanti kesedak," Amara menegur saat Flo menghabiskan susunya dalam sekali tenggak.
Susu telah habis, lalu Flo buru-buru mengangkat pantat yang baru sebentar mendarat di kursi.
"Aku berangkat."
Pipi ketiga Ibunya diberi kecupan kilat, begitupun sang Ayah, sebelum kembali meluncur.
"Loh ini nasi gorengnya?"
Dari kejauhan dia berseru, "buat Bunsa aja! Eja sama Gala suruh buruan kalo nggak mau aku tinggal!"
Tak berselang lama, Eja muncul dengan hoverboard juga. Tadinya dia menolak dibelikan hoverboard. Tapi kini merasakan keefektifan benda itu, yang ternyata cukup membantu untuk menelusuri rumah.
"Kamu udah ditungguin Flo tuh," kata Giselle ke putranya.
"Gala belum turun kan? Santai aja lah." Usai menyuap sesendok bubur ayam, Eja kemudian bertanya, "mas-mas mana?"
Dijawab Jolie, "Mas Cakra sama Mas Dru biasa, belum bangun. Mas Angga udah berangkat."
"Enak ya skripsi bisa bangun siang. Terus itu Mas Angga kok akhir-akhir ini sibuk banget, Ma? Ngumpulin duit buat nikah kah?"
"Ck. Belum lah. Mas-mu masih pengen ngejar karir dulu. Tanya Papap tuh kenapa ngasih kerjaan nggak tanggung-tanggung."
Perkataan Jolie membuat Lando menelan kunyahan di mulut. Dia bilang, "Papap lagi mempersiapkan Mas Angga sebelum resmi kerja di perusahaan. Kamu sama saudaramu juga bakal gitu nanti kalo udah lulus kuliah."
Seketika Eja menelan makanannya secara kasar. Baru duduk di tahun kedua SMA tapi sudah diwanti-wanti tentang masa depan yang bagi dia lumayan mengerikan. Pemikiran pendeknya belum siap. Dia masih remaja dan sedang menikmati masa-masa bebas.
Karena kesibukan Angga juga Dru, keduanya tidak memiliki cukup waktu untuk merampungkan kesalahpahaman dengan Flo. Dari segi Flo juga diam dan tak saling tegur sapa saat sekelibat berpapasan. Seperti orang asing, meskipun dalam satu atap yang sama.
Lalu Gala datang, hampir menabrak kursi jika tidak mengerem. Tak beda jauh dengan Flo, si bungsu Lysander juga gasrak-gusruk. Namun sempat mengambil dua roti dan dimakan di mobil.
⭒⋆
Suara gedebuk diikuti langkah kaki berlari sejenak mencuri perhatian para murid. Begitupun Eja dan Gala di barisan kelas masing-masing. Keduanya menoleh ke arah siswa yang ditandu meninggalkan area lapangan. Namun, amanat panjang dari kepala sekolah tetap berlanjut.
"Oalah Flo lagi." Karena langganan pingsan saat upacara, teman kelas Eja sampai berkata demikian.
Tidak seperti Gala yang tampak khawatir, Eja terkesan lebih tenang. Bukannya tidak peduli terhadap saudara, hanya Eja yakin pasti Flo akan cepat membaik. Terbukti di waktu istirahat pertama anak itu sudah bisa berjalan dengan kakinya sendiri ke kantin dan menghampiri meja di mana Eja duduk bersama dua temannya.
"Bekalku mana?" Flo langsung menanyakan makan siang titipan si Bunda.
Eja menyahut, "perasaan tadi pingsan, udah segeran aja."
"Ck. Siapa yang pingsan orang aku merem doang."
"Black out bukan merem."
"Mana cepet, aku laper!"