16. Tamu Tak Diundang

765 191 70
                                    

Cakra mematung.

Padahal tadi Flo bilang lift sedang rusak, jadi Cakra bolak-balik menggunakan tangga. Tapi ketika hendak ke kolam renang di lantai dasar, Flo justru menarik Cakra menjauhi tangga. Dan sekarang keduanya menunggu pintu lift terbuka.

Tau begitu kenapa dia repot-repot mengantar obatnya naik kalau ujungnya Flo turun juga? Menggunakan lift pula.

Di belakang adiknya, Cakra mendumel dalam hati. Ternyata dia dikerjai. Seolah laser imajiner muncul dari matanya, juga Cakra membayangkan dirinya menjambaki rambut si adik menyebalkan itu.

"Mau ngapain?"

Hayalan Cakra terputus oleh suara Eja. Adiknya yang lain berdiri di luar, tepat di depan pintu elevator. Saking sibuknya berimajinasi jadi tidak sadar sudah sampai di lantai tujuan.

"Lomba renang," jawab Flo enteng.

"Sinting. Nggak, jangan mau Mas Cak. Gue aduin Mas Braga lu ya."

Eja mengancam, lekas mengeluarkan ponsel dari saku celana.

"Apasih, Eja!"

Begitu ponselnya ditempelkan ke telinga langsung diserobot oleh Flo.

"HEH JANGAN," sontak Eja berteriak ketika Flo mengangkat ponselnya dan bersiap membanting. Buru-buru direbut kembali benda berharganya itu.

Padahal 'kan dia hanya main-main; tidak sungguhan menelepon nomor Braga.

"Iya, enggak. Orang cuma ngegertak doang," katanya.

Sedangkan Cakra memilih diam, malas melerai, ingin mode kalem saja.

Bunyi klakson mobil terdengar ribut dari luar pintu gerbang. Satu Alphard hitam disusul Rolls Royce masuk setelah gerbang dibukakan oleh satpam.

"Ngapain pada dateng nggak pake ngabarin dulu?" gumam Cakra, hafal siapa pemilik mobil-mobil mewah tersebut.

Joe mengedikkan bahu. Melihat kedua Ibu telah keluar dan menyambut para pengerusuh yang tidak diundang, Joe juga Cakra putuskan menemui.

Sementara Flo bergeming, menonton dari jauh kegiatan salam sapa antara Giselle-Jolie bersama 3 remaja laki-laki dan 2 perempuan. Entah bagaimana cara mengekspresikan dirinya saat ini. Rasanya ingin sembunyi.

Flo ingin menghilang saja.

Di kala dirinya asik merenung, memandangi pantulan wajah di air kolam, Mama mencarinya.

"Sayang, makan dulu yuk? Ditungguin sama sepupu-sepupunya tuh." Jolie mengusap kepala sang anak.

"Emang aku diajak?" ucap Flo dengan masih tetap menundukkan pandangan.

"Diajak dong."

"Kan mereka keponakannya Mama, berarti sepupunya Mas Angga, Mas Cakra, sama Gala aja."

"Enggak gitu, sayang. Keponakannya Mama ya sepupunya Flo, Eja, Mas Braga, Mas Dru juga. Pokoknya sepupunya semua anak Mama. Yuk?"

Jolie mengulurkan tangan ke hadapan Flo. Dipandangi beberapa saat sebelum diterima oleh Flo untuk membantunya berdiri.

Hanya Gala yang menyambut kedatangan Flo bergabung ke meja makan. Namun, selama makan Flo seperti tak kasatmata. Semua saudaranya, kecuali Angga dan Braga yang sedang absen, meladeni ocehan kelima sepupu. Sedangkan Flo tak diajak bicara, pun tak berniat nimbrung.

Flo pikir dirinya diabaikan. Sampai kemudian Ibu beranjak sebentar lalu kembali membawa kotak obat.

"Ini kalo gini yang perlu diminum Flo sekarang yang mana ya?" tanya Giselle entah kepada siapa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TurquoiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang