"Eh, ini beneran gak mau bareng aja pulangnya?" tanya Jenaya begitu keempatnya selesai makan.
"Kita mau beli sesuatu dulu, duluan aja," jawab Reygatha.
Jenaya mengangguk singkat, "Jagain sahabat gue ya, awas aja kalau dia sampai kenapa-kenapa. Gue gorok leher lo!"
"Banyak bacot lu! Udah, sana pergi."
Jenaya mendelik kala Reygatha mendorong tubuhnya pelan. Ia lantas mendekat ke arah Renjana dan memberinya salam perpisahan berupa pelukan.
"Thanks, ya. Gue bener-bener seneng bisa main bareng sama lo. Gue harap kita bisa lebih sering keluar bareng."
Renjana balas memeluk, "Sama-sama. Maaf ya, aku susah banget diajak keluarnya."
"Gak pa-pa, gue ngerti," Jenaya melepas pelukannya. "Gue pulang duluan, ya. Kalau si songong itu macem-macem, langsung telpon gue," pesannya.
Renjana terkekeh, ia lirik Reygatha yang ternyata juga tengah menatapnya dengan pandangan jengah. "Aku bisa kok nge-handle si songong itu," balasnya.
"Oke, kalau gitu kita duluan, ya. Bye!" Jenaya berlalu, meninggalkan Renjana dan Reygatha yang masih saling membisu.
1 menit...
2 menit...
3 menit...
"Aku udah pesen ojol, kamu pulang duluan aja."
Reygatha praktis mendekat lalu merampas ponsel milik Renjana seperti tadi di sekolah. Ia berdecak kesal karena ternyata Renjana telah mengelabuinya.
"Sekarang udah jam tujuh, gue bakal anterin lu pulang dan bantu ngobrol ke orang tua lu," ujar Reygatha.
"Gak usah, aku udah suruh Andi buat jemput."
Reygatha kembali mengecek ponsel si perempuan, membuka aplikasi WhatsApp lalu membuka roomchat dengan Andi. Di sana memang Renjana sudah meminta lelaki itu untuk menjemputnya, dan Andi juga sudah membalasnya, namun disuruh menunggu sebentar karena lelaki itu baru bangun.
Melihat itu, Reygatha segera mengirim pesan suara. Katanya, "Bocah ini gue yang anterin, lu duduk manis aja di rumah."
"Cowok gila," desis Renjana ketika mendengar ucapan Reygatha. Ia hanya bisa menghela nafas ketika lelaki itu justru menyimpan ponsel miliknya ke saku hoodie alih-alih mengembalikannya.
"Jangan mentang-mentang kaki aku lagi kayak gini kamu bisa seenaknya gitu. Awas aja ya, kalau aku udah sembuh, aku acak-acak wajah kamu!"
Ah, sepertinya karakter 'tenang dan kalem' itu tidak akan berlaku jika dirinya tengah berhadapan dengan seorang Reygatha Wiratama. Demi apapun, Renjana akan selalu emosi jika berhadapan dengan lelaki ini.
"Acak-acak aja kalau bisa, kayak yang sampe aja," ujar Reygatha diakhiri dengan kekehan. "Ayo pulang,"
"Bisa gak motor kamu dibawa ke sini? Kalau bisa, baru aku mau pulang sama kamu."
"Cewek sinting! Mana bisa gitu?!" pekik Reygatha.
Renjana mengangkat bahunya acuh, "Ya gak tau, pikirin aja."
"Lebay banget sih lo."
"Kamu gak liat kaki aku udah sebesar ikan buntal?"
Reygatha melirik pergelangan kaki kanan Renjana yang memang terlihat lebih parah dari tadi. Ini pasti karena perempuan itu banyak bergerak sedari tadi, berkeliling kesana-kemari mengikuti langkah kaki temannya, Jenaya.
"Buka sepatunya," titahnya yang dibalas cibiran.
"Terus aku dibiarin kayak ayam?" balas Renjana mendelik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Tak Bertuan (TAMAT)
Fanfiction"Kalau diibaratkan sebagai cuaca, kita tuh lebih mirip kayak hujan." "Kenapa hujan?" "Kedatangan kita gak bisa diterima oleh semua orang, tapi peran kita paling dibutuhkan buat melengkapi hidup mereka. Kayak air sama hujan. Keduanya sama-sama berb...