08 : pleasing

952 61 3
                                    

"Kau pasti akan belajar untuk mencintaiku seperti aku mencintaimu. Aku akan membantumu mencintaiku. Aku yakin aku pasti bisa."

Ada nada keputus asaan yang sangat jelas dalam kalimat Max, meskipun dia mengatakannya dengan sangat yakin.

"Aku... "

Max menggeleng dan menatap lekat mata Ann.

"Jangan khawatir, sayang. Aku tidak akan pernah pergi darimu lagi, aku akan melindungimu dari apapun. Aku akan melakukan apa saja untukmu."

Max membelai rambut Ann penuh cinta dan gairah. Dia menatap Ann seolah sedang menyusun strategi di mana waktu yang tepat bisa menyantapnya hidup-hidup.

Entah apa yang dilakukan Max setiap malam, setiap Ann terlelap dalam tidurnya. Karena Max selalu menyelinap masuk ke dalam kamarnya tanpa izin, pria gila itu melakukan apapun yang dia inginkan. Hampir setiap malam, selama bertahun-tahun ini.

Setidaknya itu yang Ann pikirkan.

"Kau mendengarku, kan?"

Suara berat Max memecah lamunan Ann. Perempuan itu mengerjap.

"Kau mendengarku, Ann?" Max mengulang dengan lembut.

"Huh? I-iya."

"Apa yang kau pikirkan? Kau sedang bersamaku, jadi satu-satunya yang boleh ada di pikiranmu, hanya aku." Suara Max kembali serius, tatapannya tajam lagi.

Mata tajamnya itu meneliti wajah Ann yang sedang khawatir, takut, dan bingung menjadi satu.

Namun satu yang menjadi fokus utama mata Max berkelana saat ini.

Bibir kenyal perempuan itu.

Bibir berwarna merah muda pekat meskipun tidak memakai polesan lipstick sedikitpun. Yang selama ini Max bayang-bayangkan rasanya manis, begitu kenyal.. saat digigit dan dihisap oleh mulutnya.

Ibu jari pria itu mengusap bibir bawah Ann tanpa aba-aba.

"Ann, rasa bibirmu.. apa?"

Ann terbelalak. "Apa maksudmu--"

Perempuan itu ingin menyingkirkan ibu jari Max dari bibirnya, namun sebelum itu terjadi tangan besar Max lebih dulu menahannya.

"Jika kau tidak mau menjawab, aku akan mencobanya sendiri."

Max ingin mendekatkan wajahnya, dan buru-buru Ann menghindar.

"Jangan. Apa yang kau lakukan!"

"Aku masih tidak boleh? Mencicipinya?"

Ann langsung menggeleng tegas.

"Ann, apa kau tidak tahu seberapa kuat aku menahannya selama ini untuk tidak melakukan ini tanpa seizinmu?" Max sedikit kesal.

"Aku juga belum mengizinkannya sekarang."

"Aku tidak peduli." Pria itu bersikeras tentu saja. "Kali ini aku akan melakukannya meskipun tanpa seizinmu."

"Apa--"

Max benar-benar melahapnya.

Ann terguncang, namun tak mampu bergerak. Bibir Max telah menyentuhnya, mendominasi ciuman dengan gairah yang membakar. Ia merasakan panas yang menjalar melalui tubuhnya, melumpuhkan pikiran-pikirannya. Ann berusaha meronta, namun cengkeraman Max semakin erat.

Sekuat apapun Ann ingin melepaskan diri, kali ini Max benar-benar tidak akan membiarkannya lari apapun yang terjadi.

Pria itu memegangi rahang kecilnya itu agar segera berhenti memberontak, terlihat tak berdaya di genggaman tangan besarnya.

Die Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang