07 : begging and nonsense?

921 65 0
                                    

Sudah sepuluh menit Ann menatap cermin yang memperlihatkan beberapa tanda kemerahan di lehernya. Itu semua adalah ulah Max. Dan Ann tidak bisa berbuat apapun atas itu.

"Ann..."

Suara Max terdengar memanggilnya dari arah kamar, sedikit seperti suara rengekan saat dia tidak mendapati Ann di sisinya lagi.

Sebuah senyuman manis seketika terlukis di wajah tampan Max begitu menangkap sosok gadisnya di kamar mandi.

"Ann.. kau meninggalkan aku."

Sedikit dramatis. Tapi itulah Max.

Tubuh besarnya langsung memeluk tubuh mungil gadisnya dari belakang dan menciumi bahunya gemas. "Jangan tinggalkan aku."

"Aku hanya di sini, tidak ke mana-mana, Max." Ann hanya menghela nafas.

Tubuh tinggi besar Max yang memeluk tubuh mungil Ann itu terlihat seperti bayi besar yang merangkul Teddy Bear kesayangannya.

"Max, lepaskan aku ingin—"

"Tidak mau."

"Max, aku ingin memasak sarapan untuk kita berdua. Aku tidak mungkin bisa bergerak jika kau terus memelukku seperti ini." Ann berusaha menjelaskan dengan sabar.

"Apa salahnya memasak sembari aku peluk, Ann? Apa aku mengganggu?"

"Max..."

"Baiklah, baiklah." Max mengendus dan cemberut kecil saat melepaskan pelukannya.

"Aku hanya masak seadanya, belum sempat pergi berbelanja."

"Aku memakan apapun yang kau buat, Ann." Max tersenyum. Syukurlah suasana hatinya cukup baik pagi ini. Dan dia masih harus terus mengonsumsi obatnya.

Jika terlambat, maka Max akan menggila lagi dan membuat Ann sangat ketakutan.

"Ann.. kau pulang bersamaku hari ini, kan?"

"Hm?" Ann menatap pria itu memastikan.

"Pulang bersamaku. Ke rumahku. Rumah kita, sayang. Kau tidak lupa harus terus mengurusku, kan? Aku tidak mau dengan yang lain."

Ann seketika memutus kontak mata dengan Max, berdeham gugup. "A-aku akan mulai memasak ini. Duduklah di sana dulu, Max."

"Ann."

"Kau bisa menunggu sambil duduk di sana, Max."

"Ann."

Suaranya mulai dingin.

"Katakan kau akan pergi bersamaku, dan tinggal bersamaku, mengurusku seperti biasanya. Bukan dengan Ryu cerewet itu."

"Jangan lupakan, kau itu milikku, Ann."

Max melanjutkan. Tapi melihat Ann hanya diam saja, bahkan tidak berani menatap matanya, membuat emosi Max mulai tersulut.

"Jawab, Ann!"

Max menatap Ann penuh amarah, tapi kemudian mendesah. Dan ekspresinya menjadi kecewa dan sedih.

"Katakan padaku kau tidak akan pernah meninggalkan aku sendiri, kau akan selalu bersamaku, dan aku harus selalu melihatmu sebelum atau sesudah aku tidur, katakan kau milikku, katakan.. katakan kau akan mencintai aku juga, Ann..."

Max mendekat pada Ann, melihatnya dengan wajah penuh kekhawatiran dan tersirat kesedihan.

"Apa yang bisa aku lakukan untuk membuatmu tetap bersamaku? Aku akan melakukan apa saja. Apa saja, aku hanya... tolong, jangan tinggalkan aku. Kumohon. tetap bersamaku. Aku mohon padamu. KUMOHON!"

Die Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang