09 : a weak girl and a narcissist

858 45 0
                                    

"Nona Ann, selamat datang kembali."

Tuan John, kepala asisten di mansion ini, menyambut Ann dan Max yang baru saja tiba. John bisa dibilang adalah pekerja paling lama, setelah Ibu Ann di sini.

"Tentu saja dia kembali. Di sini memang tempat tinggalnya." Max menjawab ketus, dan berjalan mendahului pria paruh baya itu.

Attitude Max yang seperti itu tentu saja sudah menjadi makanan sehari-hari seluruh asisten di sini, terlebih John yang sudah berpuluh-puluh tahun bekerja. Bahkan sebelum Max lahir.

"Dia tidak akan melepaskanmu, Nona." John berbisik iseng pada Ann.

Ann terkekeh kecil diakhiri helasn nafas. "Kau mengenal bagaimana Max, Tuan."

"Dia hampir mengamuk pada seisi tempat ini saat mengetahui kau pergi tanpa izin kemarin."

Ann tertegun. Ia akui yang dilakukannya kemarin cukup beresiko sekali, Max yang tidak bisa mengontrol emosinya bisa melampiaskannya pada siapapun dan menyakiti siapa saja di sekitarnya.

"Maafkan aku, Tuan," lirih Ann menyesal.

"Tuan Max, saya sudah menyiapkan air hangat dan sarapan--"

"Biar Ann saja!" Max memotong cepat kalimat salah satu asisten.

Ann memberi salam sebentar pada John dan mendekati Max, mengikuti pria itu menuju kamarnya.

"Kau harus mulai belajar berbicara yang sopan dengan orang yang lebih tua denganmu, Max." Ann berucap lembut setelah menutup pintu kamar.

Max menoleh ke arah Ann dengan tatapan dingin, wajahnya yang biasanya tenang kini memancarkan ketegangan yang jelas. Ann menghela napas, menyadari bahwa perdebatan ini mungkin tidak akan berakhir baik.

"Memangnya mereka siapa? Mereka hanya asistenku dan mereka bukan kau."

"Aku juga 'hanya' asistenmu, Max."

Max sedikit tertampar, tapi Max tetaplah Max. "Tidak, kau calon istriku."

Ann menghela nafas lagi, namun kembali melanjutkan, "Kau tidak bisa terus memperlakukan mereka seperti itu, Max," suaranya tetap lembut meski ada nada tegas yang tersembunyi. "Mereka juga manusia, mereka bekerja keras untukmu."

Max memalingkan wajah, berjalan menuju meja kerjanya di pojok kamar. "Kau tidak mengerti, Ann. Mereka hanya ada di sini karena mereka dibayar. Mereka akan pergi begitu aku tidak lagi membutuhkan mereka."

"Dan kau pikir aku di sini karena itu?" Ann bertanya, mendekati Max. "Aku juga bisa pergi kapan saja, Max."

Max menghentikan langkahnya dan menatap Ann, ada kegelapan di matanya yang membuat Ann merasa was-was.

"Kita harus menikah, dan kau tidak perlu mengenakan pakaian itu lagi, Ann." Max menatap pakaian seragam maid kekecilan yang Ann kenakan. Seragam itu terlihat menggoda di tubuh Ann.

Ann menyadari tatapan itu, dan seketika merasa risih. Ann sadar pakaian miliknya sudah terasa mengecil dan dia sudah meminta pakaian yang baru pada John berkali-kali, namun sampai detik ini tidak ada kejelasan apapun.

"Jangan menatapku seperti itu. Kau akan bertemu Dokter di jam sepuluh. Lyla bilang dia sudah menyiapkan air panas. Kau bisa mandi sekarang."

"Aku? Kita."

"Apa maksudmu?"

"Tentu saja mandi bersama. Bukankah terdengar menyenangkan, Ann?" Max menaikkan sebelah alisnya melihat wajah panik Ann.

"B-berhenti main-main atau kau akan terlambat-"

"Persetan dengan Dokter."

Ann benar-benar berteriak saat Max menariknya ke dalam kamar mandi dan segera membasahi tubuh keduanya dengan air shower.

Die Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang