CHAPTER 9

571 69 59
                                    

Sosok lelaki mungil mengusap matanya pelan di atas tempat tidur. Rambutnya yang acak-acakan sangat khas dimiliki seseorang yang baru saja terbangun dari mimpinya.

Dilihatnya jam weker kuning di atas nakas samping tempat tidur bermotif bebek kesayangannya. Pukul 2 dini hari tetapi dia merasa sudah tidur selama yang tak pernah dia rasa sebelumnya.

"Laparr!", Lelaki itu menyibak selimut bebek kuning dengan agak kasar dan mulai bergerak menuruni ranjang. Piyama dan sandal bebek adalah pemandangan paling indah yang selalu dia nantikan setiap membuka mata dari tidurnya.

"Nattasit Panich ayo isi perutmu!!",

Lelaki itu. Nattasit atau sebut saja Nat, berjalan keluar kamar dengan kepala yang menoleh ke kanan dan ke kiri. Memperhatikan sekitar dan memberhentikan pandangan pada pintu di sebelah kamarnya.

Tertutup rapat seperti biasa. Nat cemberut saat mengingat kakaknya tak menengok dia dahulu setelah pulang kerja. Eh! Atau mungkin menengok tapi Nat sudah tidak sadarkan diri di ranjang tadi.

Entahlah! Lagipula meski agak sebal karena belum bertemu dengan Phi kesayangannya itu sejak selesai sarapan, Nat tak berani mengganggu istirahat kakaknya yang pasti terlampau lelah.

"Zee Pruk itu pasti sudah bermimpi dengan gadis-gadis genit di kamarnya!! "

Nat menutup perlahan pintu kamarnya sambil menguap lebar. Menyalakan beberapa saklar yang sudah dimatikan oleh bibi pelayan di sepanjang lorong kamarnya.

Anak itu kembali mendengus saat melihat tangga melingkar yang terdapat karpet hitam di sepanjang jalan.

"Kenapa tidak mengecat rumah ini menjadi hitam sekalian!! Buat saja neraka disini! Sudah dibilang untuk menggunakan warna kuning tapi pria tua itu malah pakai warna hitam! Kuning kan keberuntungan! Kalau hitam beginikan sangat tidak enak dipandang! Ya Tuhan aku merasa seperti berjalan di atas dosa!"

Sepanjang langkahnya menuruni tangga Nat mengomel tanpa henti. Sampai pada guci - guci bernilai ratusan juta dia pandang sinis. Apalagi saat melihat foto kakaknya yang terpajang di dinding pertengahan tangga. Meski setiap saat melewati tangga ini Nat merasa masih perlu memaki apa apa yang dia nilai tak enak di lihat.

"Jangan-jangan selama ini aku hidup bersama vampir!! Ya Tuhan lihat wajahnya! Kalau murid taekwondo ku tahu figura ini mereka pasti akan melemparinya menggunakan kotoran ayam!! "

Terlalu banyak mengomel hingga tak sadar langkahnya sudah sampai di ujung tangga. Yang mana Nat hanya perlu berjalan lurus dan berbelok ke kanan untuk menemukan dapur mewah di mansion milik kakaknya.

Ada yang sedikit aneh saat Nat hampir mencapai pintu dapur. Lampu utamanya masih menyala dengan terang. Tapi tidak masalah! Mungkin bibi pelayan lupa mematikannya.

Nat tak ambil pusing soal itu. Di angkatnya kaki kecil miliknya ke dapur dan.....

"PENCURI?!!!"

••••••

Selimut tebal itu menutup penuh tubuh seseorang di dalamnya. Tak membiarkan si pengguna terkena dinginnya udara yang berhembus dari angin jendela yang terbuka begitu lebar.

Tetapi senyaman apapun saat dia merasa terancam bahkan sampai di alam bawah sadarnya dia akan tetap terbangun dengan ekspresi terkejut yang menakutkan.

Ruangan asing dengan suasana pintu neraka.

Nunew memutar kepalanya untuk menatap ke sekitar. Mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya dan menerka siapa pemilik ruangan mewah ini. Nunew hampir saja mengatakan bahwa pemiliknya pasti seorang pria paruh baya yang sudah mengalami penurunan penglihatan warna sehingga hanya dapat melihat hitam dan putih saja. Sebelum akhirnya Nunew ingat bahwa dia sempat bersama dengan salah satu pelanggan tetap Pentagon baru-baru ini. Pria itu....

NIGHT POLE  DANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang