CHAPTER 13

117 34 30
                                    

Zee mendudukkan kecantikan dalam pelukannya di kasung king size miliknya. Anak itu bahkan tak sedikitpun melonggarkan pelukan mereka sedari Nat masuk ke dalam kamarnya.

"Hei? Ada apa hm?"

Nunew hanya menggelengkan kepalanya pelan. Namun pelukannya pada pria besar itu semakin kuat seperti dia khawatir jika Zee akan meninggalkannya.

"Mau jalan-jalan sebelum tidur? Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan", Zee merenggangkan pelukannya untuk melihat kondisi anak itu yang memang terlihat lemas karena kebanyakan menangis.

Sebelah tangannya meraih jas hitam yang sempat Zee lempar ke kasur untuk dia sampirkan dibahu kecil milik Nunew. "Ayo!"

Meski sebenarnya Zee tak tega, tapi bisa tak bisa malam ini dia harus menunjukkan sesuatu yang selama belasan tahun dia simpan dan hal-hal yang dia cari selama dua minggu terakhir ini pada Nunew. Zee ingin anak ini tahu segalanya sebelum kedepannya tak sempat.

Berjalan keluar kamar dan menyusuri lorong yang agak panjang setelah mereka berdua memasuki sebuah pintu besar berwarna coklat gelap tepat di samping kamar milik Zee.

"Ini ruang apa? Kenapa Nunew tak bisa melihat?",

Anehnya meski ruangan ini begitu gelap Zee seperti sudah hafal arah jalannya sehingga mereka tak menabrak barang-barang di sekitar mereka.

Ctak!

Lampu menyala begitu saja sesaat setelah Nunew mengeluh tak bisa melihat. Ternyata seterang ini! Nunew juga baru tahu Zee memegang sebuah remote control di tangannya.

Nunew menarik jas milik Zee di pundaknya untuk dia benarkan agar tidak jatuh melorot. Pandangannya menunduk sejenak memperhatikan lantai marmer coklat terang yang dia pijak.

Membawa pandangannya naik sedikit demi sedikit Nunew merasakan ketegangan yang luar biasa hebat. Dadanya bergemuruh kencang saat melihat lukisan raksasa yang menutup tembok diujung lorong. Dengan lentera-lentera kecil mengelilingi pinggiran pigurannya.

Kesadaran Nunew seperti di tekan ke dasar yang paling bawah hingga membuat tubuhnya sedikit limbung ke kanan. Akan tetapi Zee yang berdiri di sebelah kirinya dengan sigap langsung meraih tubuh lemasnya.

Nunew kembali mendongak untuk meratapi betapa cerahnya lukisan di ujung sana yang mana berkebalikan dengan perasaan Nunew yang seperti dihancurkan.

"Tuan Zee...ap...apa yang...."

Nunew tak sanggup melanjutkan kalimatnya ketika matanya mengedar untuk menemukan beberapa lukisan lain di di tembok samping. Air mata Nunew turun sederas dia yang tiba-tiba mengingat masa lalu kelamnya.

"Maafkan phi karena baru menemukan nong Rin setelah sekian lama", mata Zee memanas menyaksikan betapa sakitnya tangisan Nunew di pelukannya.

'Phi Zee tunggu Rin! Rin tidak bisa berlari cepat!'

'Baiklah baiklah, phi akan berjongkok disini dan menunggu nong Rin!'

Telinga Nunew berdenging panjang. Tangisannya semakin keras dan hampir berteriak. Zee dengan khawatir mencoba menenaglngkan Nunew. Dia tak menyangka respon tubuh Nunew akan separah ini.

'Phi harus berjanji pada Rin untuk tidak pergi jauh! Rin tidak bisa tanpa phi Zee tahu!'

'Anak kecil tahu apa tentang masa depan? Nanti phi Zee akan menjadi orang kaya! Dan mengajak nong Rin pergi membeli permen kapas setiap hari! Mau?'

'Um! Rin mau sekali! Phi janji janji janji!'
Kedua kelingking berbeda ukuran antara anak berusia 6 dan 20 tahun itu menyatu. Yang tertua menatap keimutan di depannya dengan bangga

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 9 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NIGHT POLE  DANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang