Duapuluh End

2.3K 100 4
                                    

-votmen syang



••
Hari ini adalah hari spesial, karna hari yang bahagia yang membawa julvan dan juan dalam cinta yang langgeng, memulai hidup baru sebagai suami, istri.

"Gimana para saksi sah?"

SAH!!! HUUU

Saat ini juan dan julvan sedang di pelaminan duduk-duduk manja karna tadi perut nya keram terlalu lama berdiri.

"Hayang kawin huhu." Heci memeluk julvan dengan sedikit sedih.^Pengen nikah huhu

"Mantak na reneh tihela kos urg meh di kawin ku si marves." Julvan menepuk bahu heci dengan kencang marves juga ada di belakang heci yang hanya diam mendengarkan pembicaraan julvan dan heci.^Makannya hamil dudluan kayak aku biar dinikahin sama marves.

"Tuh yang malam ini hayu." Marves tersenyum ke arah heci yang menatapnya jijik.

"Awas gera ngobrol didie te nyaho ratu nek lewat." Reva menggeser heci dan marves, ia berjalan bersama vanos di belakangnya.^Minggir, ngobrol disini ga tau ratu mau lewat.

"Ratu daun cau sia mah." Heci mendorong sedikit bahu reva yang hanya tersenyum.^Ratu daun pisan kamu mah

"Eta calon tunangan batur di babawa." Julvan menatap vanos dengan julit.^Itu calon tunangan orang di bawa-bawa.

"Eh sekarang ma udah ngga, meninggalkan yang lama demi yang baru hahaha." Reva tertawa melihat vanos yang menunduk malu, juan menepuknya dan tersenyum meledek.

"Anjay udah ini ma habis heci, reva langsung melendung." Julvan tertawa membayangkan para ibu-ibu ini hamil bersama seperti dulu lagi.

"Kayak dulu kita aja hamil barengan kan? hayu atu gera nyien meh aya batur aku." Julvan menatap heci dan reva.^Hayu atu cepet bikin supaya ada temennya aku.

"Ah suka ngagampangken sia ma, nyien na ma da ngenah te karasa, ngajuru na nyeri sayang." Heci menatap julvan dengan julit.^Ah suka ngegampangin kamu mah, bikin nya ma enak ga kerasa, ngelahirin nya sakit sayang.

"Iya juga si, tapi kan tetep aja bikin nya ma ketagihan hahaha." Julvan, reva dan heci tertawa seneng.

"Iya emang na, bikin candu." Reva berbucara sembari memanyunkan bibirnya.

"Udah, pada turun sana." Juan sudah gedeg dengan bercandaan ibu-ibu, juan menghempas-hempaskan para temannya dan teman julvan, mereka menatap julit juan sembari di dorong oleh para calon suaminya untuk turun.

"Awas ya lo juan!" Dua jari heci mengarah padanya dan juan sembari menatap juan tajam, juan cuek-cuek aja.



••
Beberapa bulan kemudian setelah pernikahan, julvan melahirkan anak laki-laki tampan yang bernama Nalerxan Jivan.

"Dih gio punya adik." Gio menatap jivan dengan senang dan jijik, karna masih ada kulit bayi nya.

"Ko kulit ade jivan kayak gitu kayak ikan." Julvan udah gabisa berkata-kata ia sudah lelah melahirkan, anaknya malah berbuat aneh.

"Itu bukan kayak ikan, kan dede bayi nya dalam perut buna, kan di dalam perut buna ada airnya biar dede bisa hidup di dalam perut buna, gio juga dulu kayak gitu iya kan buna?" Juan berusaha menjelaskan kepada gio yang dari tadi menatap ade nya aneh, julvan hanya mengangguk-angguk saja.

"Ngga, aku ma waktu lahir ganteng." Juan hanya mengiyakan saja sudah lelah dengan semua ini.

"Heh berisik napa, anak gue kebangun." Heci yang ada di sebelah kirinya menatap julvan yang menatapnya julit.

"Anak gue nyusu terus kenapa ya?" Reva dari sebelah kananya juga menatap bingung julvan.

"Nyesel gue ngajak kalian hamil barengan." Julvan di tengah-tengah menatap atap rumah sakit frustasi.

Juan hanya tertawa karir saja menatapnya sembari mengusap-usap bahu julvan.



°°
Sedangkan para sesepuh ibu-ibu di luar ruangan udah pada berbagi kebahagiaan.

"Seneng banget ya sekarang ma pada ngumpul semua, ngelahirinnya bareng anak-anak kita." Chitta menoel taevan dengan senang.

"Huum kamu sekarang ma punya menantunya chindo juga samaan sama lu olang."Wini berbicara sembari tertawa.

"Lu juga chindo btw." Lulu menatap wini dengan sinis.

"Iya sih."

"Besan kita belum dateng ya?" Tanya chitta pada lulu.

"Besan gue ma deket, ini." Wini mendekat ke arah taevan yang hanya senyum-senyum kalem doang.

Sedangkan para sesepuh bapak-bapak.

"Kita jangan sampai kalah dengan anak-anak kita." Yuda berbicara sembari menghisap nikotinnya.

"Ya betul itu, malam ini, kita gempur istri kita masing-masing." Jamal menatap tajam kopi.

"Gua mau pake gaya ular cobra." Yuda menatap heran jovan.

"Kos kumaha eta anying?" Yuda menepuk kepala jovan dengan pelan.^Kayak gimana itu anying

"Yeh sia ma te nyahoen." Jovan menatap remeh ke yuda.^Yee kamu ma gatauen

"Hey hey lu olang tidak boleh belantem a." Tao memisahkan yuda dan jovan di tengah-tengah.

"Yeh chindo te di ajak, mening ngiluan master chef maneh." Jamal ketawa bapak-bapak setelah bicara seperti itu. ^Yeh chindo ga di ajak, mending ikutan master chef kamu mah










END

makasii udah mau baca certa gajenya aku.

gatau ah ga bisa berkata-kata, mau apa juga gatau bingung, yaudah lah guys gitu aja ceritanya.

LIAT CERITA GUE YANG BARU GUYS, KALIAN BEBAS MAU MANGGIL ACUU APA SETERAH!!, PENCET PROFIL GUE LIAT DI SANA!! DISANA!! ADA CERITA BARU INI PERINGATAN GUYS OKE, LIATTT!!! DI LIHATT!!

see u the next di cerita yang lain.

lvu♥️

BUJANGAN•NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang