Tujuhbelas

1.5K 95 0
                                    

-votmen syang



°°
Juan sedang duduk bersandar di ranjang sebelah julvan yang masih tertidur, ia menatap julvan dengan sayang, dan mengusap rambut julvan.

"Aku ga nyangka bakal secepat ini jadi ayah haha." Juan mengecup kening julvan.

hngg

Julvan membuka matanya dan langsung di suguhkan pinggang juan, ia pun mendongak dan mendapati juan yang tersenyum ke arah nya.

Julvan pun langsung naik kepangkuan juan, dan membebankan dirinya di tubuh juan ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher juan, juan hanya tersenyum dan memeluk julvan erat.

"Aku takut." Juan mengusap punggung julvan dengan sayang.

"Gausah takut, ada aku." Juan pun mencium pipi julvan.

"Kita bicarain besok yah, biar semua nya jadi urusan aku." Julvan hanya mengangguk dan semakin mempererat pelukannya.

"Gio dimana?" Julvan memainkan puting susu juan memang juan shirtless karna selesai mandi tadi ia malas memakai baju.

"Di rumah heci, katanya lagi tidur sama heny dan rama." Julvan mengangguk saja.

"Jangan di gituin puting aku nya, geli." Juan menyingkirkan lengan julvan yang ada di putingnya.




••
"Yeh si rayud kemana wae." Jamal ber tos ala pria bersama yuda.^Yeh si rayud kemana aja.

"Yeh sia sok kitu ka aing teh." Yuda menggeplak bisep jamal.^Yeh kamu suka kayak gitu ke aku teh

Para bapa dan para ibu dari juan dan julvan sudah duduk di ruang tamu rumah juan.

"Ie teh aya naon julvan?" Yuda mengerutkan alisnya menatap julvan yang gugup.^Ini teh ada apa julvan?

"Ehm om, tante, mamah sama ayah, julvan hamil." Juan memegang tangan julvan erat, para ayah-ayah melotot kaget dengan komuk yang tidak biasa, kecuali taevan dan wini yang hanya tersenyum terpaksa.

"Eh kedeng hela, reneh ku saha?." Yuda menatap yang lain nya tapi yang lainnya menatap yuda dengan malas.^Eh bentar dulu, hamil sama siapa?

"Nya ku anakna si om jamal atu papa, meni pikeselen aku ih!" Julvan teh melipatkan tangannya menatap yuda.^Ya sama anaknya si jamal papa, bikin marah aku ih.

"Tanggung jawab juan." Ayahnya juan menatap juan datar, ayah nya juan tu plek ketiplek juan banget sama seluruh sifatnya juga.

"Iya ayah juan tanggung jawab, juan bukan anak kecil lagi, kali ini juan yakin buat nikahin julvan." Juan menatap ayahnya dengan meyakinkan.

"Udah lah gue ma ikut gimana kalian aja, si juan ma udah benghar ini percaya gue ma bisa ngebahagiain anak gue." Yuda berbicara sembari menyemili makanan yang ada di toples.^Udahlah gue ma ikut gimana kalian aja, si juan ma udah kaya ini percaya gue ma bisa ngebahagiain anak gue.

"Anak gue ma udah pernah nikah, gue ma udah ga kaget kalo julvan mau nikah lagi, yang kaget ma pasti kalian karna juan masih bujangan, dan gue ma cuman mau kalian sama juan nerima anak gue apa adanya dan anaknya juga cucu gue yang paling ganteng ini, sebagai cucu kalian dan anak lo juan, bahagiain dia aja gue ma udah cukup, dan gue ma gamau kalo pernikahan julvan kandas karna orang ketiga, kalo emang udah ga cinta sama anak gue lo bisa ngebalikin dia sama gue, masih ada bapanya tu anak." Yuda mengucapkan itu terus sambil ngemil dengan gio yang duduk di sampingnya, wini hanya mengangguk-angguk saja.

"Papa ko papa bikin aku nangis, papa ko jahat." Yuda langsung melotot kaget menatap julvan yang sudah mengeluarkan air matanya menatap dirinya.

"Papa juga sedih kamu mau nikah lagi." Yuda membuat ekspresi sedih menatap julvan, julvan malah semakin sesegukan.

"Udah jangan nangis." Juan mengusap punggung julvan dan menghapus air mata julvan.

"Jangan di becandain ih, anaknya lagi sensitif juga." Wini menggeplak tangan yuda dengan kencang sampai hampir tersungkur, yuda hanya memanyunkan bibirnya sebentar menatap wini.

"Buna, jangan menangis." Gio turun dari duduknya dan menghampiri julvan yang menangis.

"Gio akan jadi anak yang baik, buna tidak boleh menangis." Gio memeluk perut julvan dan mengusap-ngusap punggung julvan.

"Buna ga nangis tapi bunda terharu." Julvan mengusap kepala gio.

"Telhalu itu apa?" Julvan tersenyum ke arah gio.

"Gatau buna males jelasin." Gio menatap datar buna nya.

"Ih yaudah, daddy awas pindah sama papa sana, gio mau duduk sama buna." Gio menggeser juan.

"Gio duduk lagi aja sama papa." Gio menggelengkan kepalanya mendengar juan berbicara seperti itu.

"Yasudah sini sama ayah dan mama duduknya." Gio memiringkan kepalanya menatap taevan penasaran.

"Ayah? mamah?" Mereka mengangguk.

"Apa itu?" Taevan tersenyum gemas melihat gio.

"Nanti mamah jelaskan, sini." Gio pun menghampirinya dan duduk di pangkuan taevan.







hayo vote

TUNGGU KEKANJUTANNYA...

BBAII

BUJANGAN•NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang