16

6.4K 1.1K 107
                                    

Aslinya bab 17. Kalo mo ke KK atau KBM langsung bab 18 aja. Sekarang dah bab 54 di sana. Baskaranya metong. Kinara mo kawi ama perdi samba

***

17  Kasmaran Paling Depan 

Kinara Kemuning berjalan menuju dapur dan membuka lemari pendingin berukuran dua pintu yang letaknya tidak jauh dari rak piring. Di situ juga dia sempat mengambil sebuah cangkir dengan motif bunga matahari dan menuang air dingin dari botol bekas sirup rasa jeruk. Kinara menyesap air seolah-olah dia baru lari berkilo-kilometer dan setelah separuh isi cangkir tandas, dia merasakan kembali energinya bangkit.

Mayang, Umar, dan Baskara adalah hal yang paling banyak menyita perhatiannya hari ini dan jika boleh lebai, mereka bertiga telah membuat kepalanya seperti berasap. Tapi, jika dia menceritakannya kepada semua orang, mereka bakal menganggap Kinara gila.

Kinara memilih duduk di meja makan yang sebetulnya adalah meja lipat plastik yang dibelinya saat ada promo di mal dekat kantor. Kadang, kalau ada bazar,maka meja itu juga yang dibawa oleh Mayang untuk berjualan. Di situ Kinara duduk dan memperhatikan bekas luka yang tadi dibantu oleh Baskara untuk dibersihkan. Sebenarnya, luka tersebut sudah mengering. Hanya beberapa luka baret biasa yang dia tahu berasal dari cakaran kuku tajam milik sang HRD. Umar punya kegemaran memanjangkan jari telunjuk dan kelingking, selain ibu jari. Dia pernah bercanda dengan Vienna dan mengatakan fungsi kuku panjang di jari telunjuk Umar adalah untuk mengupil. 

Sejak itu, mereka tidak mau bersalaman dengan Umar jika bisa. Bisa gawat kalau candaan tersebut menjadi nyata dan Kinara tidak mau memikirkan efek jika upil Umar kemudian berpindah tangan kepadanya.

Kinara menyentuh pinggiran luka di tangannya yang berpoles betadine. Entah mengapa, perbuatan Baskara tadi mengingatkannya pada masa-masa menyenangkan ketika mereka masih bersama-sama. Namun, hal itu hanya sekejap saja. Kilasan masa lalu segera membuat Kinara memejamkan mata dan berhenti menyentuh luka di tangannya. Dia merasa sesuatu yang nyeri mendesak di dalam dadanya dan sebuah suara penuh rintihan terdengar amat dekat di telinganya.

“Mas.Mas Babas jangan. Kita nggak boleh kayak gini …”

  Kinara meremas cangkir di dalam pegangannya. Dia merasa jantungnya berdetak lebih kencang dan potongan-potongan peristiwa di malam laknat itu seolah berputar kembali di depan matanya, ketika Baskara mendekap tubuhnya yang masih sangat belia, melepas satu persatu pakaian yang melekat di badan sulung putri asisten rumah tangga mereka yang meratap ketakutan.

“Tolong, Mas. Kinkin takut …” 

Kinara terperanjat karena pada saat yang sama, ponselnya bergetar. Dia meletakkan benda itu di dalam tas dan suara getarnya terdengar karena tas tersebut berada di atas meja makan, tempatnya saat ini berada.

Siapa yang WA? Tanya Kinara dalam hati. Saat itu sekitar pukul lima sore dan dia sudah berada di rumah. Orang kantor amat jarang menghubungi.

Buk. Makasih baju barunya. Aku ganteng kata Eyang.

Kinara memandang layar ponsel miliknya dan mendapati beberapa buah foto yang dikirim oleh putra kesayangannya. Beberapa hari lalu, ketika ke pasar bersama Mayang, Kinara melihat penjual pakaian anak memajang beberapa buah setelan anak laki-laki dengan motif tokoh kartun kesukaan Kafka, Lightning McQueen. Ada beberapa model gambar dan Kinara langsung saja tanpa pikir panjang membeli tiga stel. Dia langsung mengirimnya lewat ekspedisi hari itu juga dan kemudian baru sadar, benda tersebut telah berada di dalam genggaman sang pemilik barunya.

Kafka ganteng, Kinara membaca pesan yang berikutnya datang. Dia membalas dengan persetujuan dan menulis kalau putranya adalah pria paling tampan di dunia. Kafka kemudian mengirim pesan suara dan berterima kasih atas pujian sang ibu yang membuat Kinara kemudian tersenyum, seolah-olah, kata-kata yang diucapkan oleh putranya barusan berhasil mengusir ketakutan yang melanda dirinya bermenit-menit tadi.

Kasmaran Paling DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang